PBB Melaporkan Ratusan Ribu Orang di Asia Terlibat Penipuan Online
Kompas dunia | 1 September 2023, 06:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kantor hak asasi manusia PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) melaporkan bahwa ada kelompok kriminal yang telah memaksa ratusan ribu individu di kawasan Asia Tenggara terlibat dalam penipuan online yang melanggar hukum.
Penipuan ini melibatkan taktik penawaran palsu dalam ranah, investasi, serta skema perjudian ilegal.
Dalam laporan terbaru dari Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk hak asasi manusia, menunjukkan bahwa sedikitnya 120.000 orang di Myanmar yang terkena dampak konflik, dan sekitar 100.000 orang di Kamboja.
Laporan ini mengungkapkan informasi baru mengenai penipuan di dunia maya, yang menjadi masalah serius di Asia.
Banyak individu telah terperangkap dalam bentuk perbudakan virtual dan ditekan untuk berpartisipasi dalam penipuan daring yang mengincar sasaran melalui platform internet.
Laos, Filipina, dan Thailand juga disebut sebagai negara tujuan atau transit utama bagi puluhan ribu individu yang terlibat.
Kelompok-kelompok kriminal semakin sering menargetkan para migran, dan menarik beberapa korban dengan tawaran palsu.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengungkapkan bahwa dampak pasti terhadap populasi dan pendapatan yang terdampak sulit untuk diperkirakan, dikarenakan aspek kerahasiaan dan variasi dalam respons pemerintah.
Meskipun begitu, kerugian diyakini mencapai jumlah besar, bahkan mencapai miliaran dolar AS setiap tahun.
Baca Juga: Investigasi PBB Ungkap Kejahatan Perang Sistematis Junta Myanmar: Masyarakat Dibombardir Bom Pesawat
Beberapa korban bahkan mengalami penyiksaan, hukuman yang kejam, kekerasan seksual, penahanan sewenang-wenang, dan jenis kejahatan lainnya.
Pia Oberoi, seorang penasihat senior yang fokus pada migrasi dan hak asasi manusia di kawasan Asia-Pasifik kantor hak asasi manusia PBB, telah mengidentifikasi dua kelompok korban yang terlibat dalam situasi ini.
Pertama mereka yang telah kehilangan sejumlah besar uang, bahkan tabungan hidup mereka, dan kedua, mereka yang diperdagangkan untuk bekerja bagi para penipu, yang mungkin akan kehilangan uang atau menghadapi stigma serta rasa malu terkait pekerjaan mereka.
Oberoi berbicara kepada media di Jenewa melalui konferensi video dari Bangkok, dan mengungkapkan bahwa banyak penipuan ini mulai merebak selama masa pandemi Covid-19, ketika adanya pembatasan mengakibatkan penutupan kasino-kasino yang memiliki peran penting dalam ekonomi wilayah perbatasan dan juga di Kamboja.
“Apa yang Anda lihat sebenarnya adalah para pelaku kriminal yang pada dasarnya ingin mendiversifikasi operasi mereka karena sumber pendapatan utama mereka telah berkurang akibat lockdown Covid-19 ini,” katanya dikutip dari Associated Press, Rabu (30/8).
Hal ini juga berarti kesulitan ekonomi, yang menyebabkan kaum muda kelas menengah, terpelajar, dan kompeten secara teknologi kehilangan pekerjaan, sehingga banyak yang terpikat pada alasan yang salah untuk bekerja pada skema tersebut.
Baca Juga: Sekjen PBB Sebut Dunia dalam Ancaman Perang Nuklir Terbesar
Penulis : Kiki Luqman Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV, Associated Press