PM Jepang Makan Ikan Mentah dari Perairan Fukushima, Tepis Kekhawatiran Limbah Nuklir
Kompas dunia | 31 Agustus 2023, 09:00 WIBTOKYO, KOMPAS.TV — Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan tiga menteri Kabinet menyantap sashimi atau ikan mentah yang ditangkap dari perairan sekitar Fukushima, Rabu (30/8/2023). Tindakan ini merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa ikan yang hidup di perairan sekitar PLTN Fukushima aman dikonsumsi, setelah pelepasan air limbah radioaktif yang telah diolah ke perairan tersebut.
Kishida dan ketiga menterinya menyantap sashimi ikan flounder, gurita, dan ikan bass, yang ditangkap di lepas pantai Fukushima setelah air limbah PLTN dilepaskan. Bersama ikan-ikan tersebut, mereka juga memakan sayuran, buah-buahan, dan semangkuk nasi yang dipanen di prefektur Fukushima.
Pembuangan air limbah yang telah diolah ke laut, yang dimulai pada hari Kamis dan diperkirakan akan terus berlanjut selama beberapa dekade, mendapat tentangan keras dari kelompok nelayan dan negara-negara tetangga. Tiongkok langsung melarang semua impor makanan laut Jepang sebagai reaksi atas kebijakan ini. Di Korea Selatan, ribuan orang bergabung dalam aksi unjuk rasa selama akhir pekan untuk mengecam kebijakan Jepang.
“Makan siang ini menunjukkan komitmen kuat Kishida untuk mengambil kepemimpinan dalam mengatasi kerusakan reputasi sambil tetap menjaga perasaan komunitas perikanan di Fukushima,” kata Menteri Ekonomi dan Industri Yasutoshi Nishimura.
Baca Juga: Rakyat Jepang Dirisak Warga China usai Pembuangan Limbah Fukushima, Pemerintah Angkat Bicara
“Penting untuk menunjukkan keamanan berdasarkan bukti ilmiah dan dengan tegas menyebarkan (informasi) di dalam dan di luar Jepang,” ujar Nishimura seperti dikutip dari The Associated Press.
Nishimura juga mengunjungi jaringan supermarket Fukushima pada hari Senin untuk mencicipi ikan, dan Kishida akan mengunjungi pasar ikan Toyosu di Tokyo pada hari Kamis juga untuk mempromosikan ikan Fukushima.
Di Korea Selatan, Presiden Yoon Suk Yeol juga makan ikan sebagai menu makan siangnya. Menurut kantor berita Yonhap, kafetaria Kantor Kepresidenan minggu ini menyajikan ikan Korea, yang permintaannya menurun karena kekhawatiran akan dampak pelepasan air limbah dari pabrik Fukushima.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengeluarkan peringatan perjalanan pada hari Minggu yang mendesak warga Jepang untuk lebih berhati-hati di Tiongkok, dengan alasan meningkatnya pelecehan dan protes yang disertai kekerasan atas pembuangan air limbah. Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno mengatakan pelempar batu menargetkan kedutaan Jepang, konsulat, dan sekolah di Tiongkok.
“Ini sangat disesalkan dan kami prihatin,” kata Matsuno.
Dia juga mengisyaratkan kemungkinan membawa kasus ini ke Organisasi Perdagangan Dunia. Dia mengatakan bahwa Jepang di masa lalu telah mengangkat isu-isu di bawah kerangka WTO mengenai pembatasan perdagangan Tiongkok tanpa dasar ilmiah, dan bahwa Jepang akan mempertimbangkan berbagai pilihan sambil terus bekerja dalam kerangka WTO untuk memutuskan langkah-langkah yang diperlukan.
Baca Juga: Ilmuwan Sebut Limbah PLTN Fukushima Aman, 92,4 Persen Warga Korsel Tetap Hindari Makanan Laut
Air limbah radioaktif yang telah diolah telah terakumulasi sejak kehancuran pembangkit listrik tenaga nuklir pada bulan Maret 2011 yang disebabkan oleh gempa bumi besar dan tsunami. Totalnya 1,34 juta ton dan disimpan di sekitar 1.000 tangki.
Pemerintah Jepang dan Tokyo Electric Power Company Holdings mengatakan air yang tertampung dalam tangki menghabiskan sebagian besar area pembangkit listrik dan harus dibuang untuk memberi ruang guna membangun fasilitas pembersihan dan penghentian pembangkit listrik, yang juga diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun.
Di Jepang, pelepasan air tersebut mendapat tentangan keras dari kelompok nelayan yang khawatir hal itu akan semakin merusak reputasi makanan laut di kawasan Fukushima. Kelompok tersebut masih berupaya memperbaiki kerusakan bisnis mereka akibat hancurnya tiga reaktor nuklir.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press