Konspirasi Kebakaran Hawaii, Benarkah Maui Sengaja Dibakar karena akan Diubah Jadi Smart City?
Kompas dunia | 17 Agustus 2023, 19:41 WIBKedua konsep tersebut tidak dirancang untuk membatasi pergerakan atau kebebasan masyarakat.
Sementara itu, konferensi-konferensi di Hawaii memiliki cakupan yang luas dan tidak hanya berfokus pada kota pintar, kota 15 menit, Maui, atau bahkan negara bagian Hawaii saja.
"Tidak ada kebenaran dalam pernyataan mengerikan bahwa kebakaran disengaja untuk menghancurkan kota bersejarah Lahaina, yang merupakan Ibu Kota pertama Kerajaan Hawaii," kata Gubernur Hawaii, Josh Green.
Pada Konferensi Internasional Hawaii tentang Ilmu Sistem pada bulan Januari lalu, ribuan peneliti mempresentasikan hasil karya mereka tentang berbagai isu teknologi informasi, bukan hanya konsep-konsep seputar kota pintar.
Hampir 1.500 makalah diajukan sebagai bagian dari konferensi IT tertua dan terbesar di dunia dalam kategorinya masing-masing. Sekitar dua belas makalah terkait dengan kota pintar, dan tidak ada yang berfokus pada Maui.
"Ide menggunakan tindakan destruktif, menyebabkan kerusakan pada landmark bersejarah dan mengakibatkan banyak kematian, semuanya dalam upaya untuk mengubah Maui menjadi pulau pintar, melampaui batas-batas imajinasi saya," kata Tung Bui, seorang profesor TI di University of Hawaii at Manoa yang memimpin konferensi tersebut.
Sementara itu, Philip Bertolini, wakil presiden senior di e.Republic, penyelenggara Seminar Pemerintahan Digital Hawaii bulan depan, mengatakan pertemuan tersebut tidak hanya berfokus pada penggunaan AI di sektor publik.
Ia juga menuturkan bahwa gagasan mengubah Maui menjadi kota yang dijalankan oleh AI juga tidak masuk dalam agenda.
"Kami tidak tahu dari mana semua itu berasal," kata Bertolini yang dihubungi hari Selasa kemarin.
"Acara kami jauh lebih luas. AI mungkin menjadi topik di sana, tetapi semuanya tentang mengumpulkan sektor publik sehingga mereka dapat berinteraksi, berbagi praktik terbaik, dan juga melibatkan sektor swasta untuk berbagi dan berpartisipasi dalam praktik terbaik seputar teknologi pemerintah," jelasnya.
Baca Juga: Gubernur Hawaii Minta Waktu Cari Jenazah Kebakaran Lahaina, Rebutan Air Jadi Kontroversi
Dalam acara tersebut pun, satu-satunya penyebutan tentang AI dalam agenda resmi adalah pembicaraan dari ahli teknologi Jack Shaw yang berjudul "Transformasi Digital untuk Pemerintah: Masa Depan Sudah Ada."
Sesi tersebut berfokus pada "mengungkap kekuatan teknologi yang muncul" — di antaranya termasuk AI — untuk meningkatkan pemerintahan.
Namun, pada hari Rabu, Shaw mengatakan bahwa akhirnya dia tidak jadi berbicara di konferensi tersebut karena ada bentrok jadwal.
Dalam kedua kasus tersebut, presentasi serupa yang pernah dia berikan di acara lain tidak sama sekali menyinggung tentang Maui.
Sebaliknya, Shaw justru menyoroti inovasi digital di negara Eropa Timur, Estonia, serta penggunaan AI di Utah dalam pemerekan ternak, memerangi penipuan tunjangan pengangguran, dan analisis kualitas udara.
Terkait pertemuan bulan depan, dalam pertemuan tahunan ke-13 itu juga diselenggarakan di Honolulu, ibu kota negara bagian di pulau Oahu, bukan di Maui.
Ada pula sejumlah unggahan lain yang dengan salah menggabungkan program bernama JumpStartMaui dengan kedua konferensi tersebut.
Padahal upaya bersama senilai 30 juta dolar selama enam tahun antara pemerintah Jepang dan Hawaii tersebut sudah berakhir pada tahun 2017 usai membangun sekitar dua belas stasiun pengisian cepat untuk kendaraan listrik di Maui serta investasi energi terbarukan lainnya.
"Ada begitu banyak kesalahan dalam unggahan-unggahan ini," kata Bertolini.
"Saya bahkan tidak tahu harus mulai dari mana," pungkasnya.
Baca Juga: Tragedi Kebakaran Hawaii: Kisah Alarm Peringatan Dini Bencana yang Tak Berbunyi
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press