Suhu Bumi Makin Panas! Juli Dilewati dengan Sangat Terik, Ilmuwan Catat Sebagai Rekor Bulan Terpanas
Kompas dunia | 28 Juli 2023, 05:25 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV – Bulan Juli 2023 sejauh ini terlewati dengan sangat panas di belahan bumi bagian utara, sehingga para ilmuwan menghitung bahwa bulan ini akan menjadi rekor terpanas secara global.
Bahkan kemungkinan merupakan bulan terpanas dalam peradaban manusia, meskipun masih ada beberapa hari lagi yang masih tersisa untuk ‘berkeringat’.
Organisasi Meteorologi Dunia dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa menyatakan panas pada Juli 2023 melampaui rekor, Kamis (27/7/2023).
Mereka mengatakan suhu bumi untuk sementara melewati ambang pemanasan utama, yaitu batas yang diterima secara internasional dalam pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit).
Suhu 1,5 derajat tercatat lebih hangat daripada masa pra-industri untuk rekor 16 hari di bulan ini, namun kesepakatan iklim Paris bertujuan untuk menjaga rata-rata suhu global selama 20 atau 30 tahun menjadi 1,5 derajat.
Sebelumnya pernah terjadi beberapa hari yang melewati ambang batas tersebut, namun tidak pernah terjadi di bulan Juli.
Juli sangat panas melanda tiga benua - Amerika Utara, Eropa, dan Asia - sehingga para peneliti mengatakan rekor kali ini tidak dapat dihindari.
Gelombang panas di beberapa bagian di Amerika Serikat bahkan hingga kini tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Lebih dari 128 juta orang Amerika kini terdampak suhu panas ekstrem tersebut.
Baca Juga: Negaranya Dilanda Kebakaran Hebat, PM Yunani: Krisis Iklim Sudah Tiba, Bencana Lebih Besar Menanti
"Kecuali jika zaman es tiba-tiba mucul, pada dasarnya hampir pasti kita akan memecahkan rekor Juli terhangat dan bulan terhangat dalam catatan sejarah," kata Direktur Copernicus Carlo Buontempo seperti dikutip dari The Associated Press.
Para ilmuwan mengatakan, pemecahan rekor panas seperti itu merupakan pertanda bagi perubahan perubahan iklim di masa depan saat planet menghangat.
Perubahan itu melampaui gelombang panas yang berkepanjangan dan mencakup lebih banyak banjir, kebakaran hutan yang lebih lama, dan peristiwa cuaca ekstrem yang membahayakan banyak orang.
Sekjen PBB desak pemimpin dunia
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mendesak para pemimpin dunia, khususnya negara-negara kaya, untuk berbuat lebih banyak demi mengurangi emisi gas yang memerangkap panas.
Terlepas dari negosiasi iklim internasional selama bertahun-tahun dan janji tinggi dari banyak negara dan perusahaan, emisi gas rumah kaca kini terus meningkat.
“Perubahan iklim sudah ada di sini. Itu menakutkan. Dan ini baru permulaan,” kata Guterres kepada wartawan dalam jumpa pers di New York. “Era pemanasan global telah berakhir; era pendidihan global telah tiba,” tambahnya.
Baca Juga: Gelar Indonesia Net-Zero Summit 2023, FPCI Ajak Masyarakat Peduli Iklim Indonesia
Buontempo dan ilmuwan lainnya mengatakan, catatan tersebut berasal dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia ditambah dengan pemanasan alami El Nino di bagian tengah Pasifik yang mengubah cuaca di seluruh dunia.
Tapi Buontempo mengatakan pemanasan laut di Atlantik juga sangat tinggi, meski jauh dari El Nino. Sementara para ilmuwan telah lama memperkirakan dunia akan terus menghangat dan mengalami cuaca ekstrem, dia mengatakan dia terkejut dengan lonjakan suhu lautan dan hilangnya es laut di Antartika yang memecahkan rekor.
"Iklim kadang-kadang tampak menggila," kata Buontempo.
Copernicus menghitung, selama 23 hari pertama bulan Juli, suhu bumi rata-rata 16,95 derajat Celsius (62,5 derajat Fahrenheit). Suhu tersebut hampir sepertiga derajat Celcius (hampir 0,6 derajat Fahrenheit) lebih panas dari rekor sebelumnya untuk bulan terpanas sebelumnya, Juli 2019.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press