Putin Klaim Pertempuran di Tenggara Ukraina Makin Sengit, Kiev Menderita Kerugian Besar
Kompas dunia | 27 Juli 2023, 23:00 WIBBaca Juga: Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un Bertemu Menhan Rusia Bahas Kerja Sama Militer
Serangan Ukraina ini tampaknya dilakukan setelah adanya kekacauan militer dan politik Rusia pada bulan Juni lalu yang melibatkan Yevgeny Prigozhin, kepala perusahaan militer swasta Wagner, yang menimbulkan pemberontakan singkat yang merupakan ancaman serius terhadap kekuasaan Putin selama 23 tahun pemerintahannya.
Para tentara bayaran Wagner meninggalkan medan pertempuran di Ukraina, di mana mereka memainkan peran penting dalam merebut kota benteng Bakhmut setelah pertempuran terpanjang dalam sejarah perang tersebut. Ribuan tentara Wagner dilaporkan pindah ke Belarus untuk membantu melatih pasukan, hingga pada akhirnya dipindahkan ke Afrika.
Institut Studi Perang yang berbasis di Washington melaporkan pasukan Ukraina melancarkan "operasi serangan balasan mekanis yang signifikan" di wilayah Zaporizhzhia bagian barat hari Rabu, dan "sepertinya berhasil menembus beberapa posisi pertahanan Rusia yang dipersiapkan sebelumnya."
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengunjungi kota Dnipro, yang terletak di sepanjang Sungai Dnieper di sebelah utara Zaporizhzhia, untuk bertemu dengan para komandan militer guna membahas pertahanan udara, pasokan amunisi, dan rekrutmen regional.
Dia juga mengunjungi fasilitas medis yang merawat para korban luka dari garis depan dan menyampaikan terima kasih kepada staf medis serta menekankan pentingnya peran mereka dalam menyelamatkan nyawa. Kenaikan jumlah korban luka di rumah sakit Dnipro mengindikasikan bahwa tempo pertempuran telah meningkat.
Sebagai langkah pencegahan, Layanan Keamanan Federal Rusia, yang dikenal sebagai FSB, melarang akses sipil ke Arabat Spit di Krimea, sebuah tanjung sempit yang menghubungkan semenanjung tersebut dengan wilayah Kherson yang sebagian diduduki oleh Rusia. Larangan ini diberlakukan tanpa batas waktu untuk mengatasi ancaman keamanan, demikian dikutip dalam pernyataan FSB yang dilaporkan oleh kantor berita negara Rusia, RIA Novosti.
Baca Juga: Pemimpin Negara Afrika Mulai Berdatangan di Moskow untuk Hadiri KTT Rusia - Afrika
Pejabat AS yang memberikan dukungan senjata dan intelijen kepada Kiev, menolak berkomentar secara publik mengenai perkembangan terkini ini, meskipun sebelumnya mereka menyerukan kesabaran bagi Ukraina dalam upaya mereka untuk mengalahkan posisi-posisi Rusia.
Di sela kunjungannya di Papua Nugini, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyatakan, usaha Kiev untuk merebut kembali tanah yang telah direbut oleh Rusia sejak invasi penuh skala pada Februari 2022 akan sulit dan memerlukan waktu, dengan kemungkinan ada keberhasilan dan kemunduran.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebutkan "pertempuran sengit" sedang berlangsung namun menolak memberikan rincian lebih lanjut.
"Kami percaya dengan dukungan senjata, peralatan, pelatihan, dan saran yang telah banyak kami bagikan kepada Ukraina selama berbulan-bulan, mereka berada dalam posisi yang baik untuk berhasil merebut lebih banyak wilayah yang telah direbut Rusia dari Ukraina," ujar Blinken di Selandia Baru.
Sementara itu, serangan rudal di wilayah selatan Ukraina, Odessa, menewaskan satu warga sipil dan merusak infrastruktur pelabuhan. Gubernur Odessa, Oleh Kiper, menyatakan serangan tersebut menggunakan rudal jelajah Kalibr yang ditembakkan dari Laut Hitam.
Pasukan udara Ukraina mengeklaim telah mengintersepsi 36 rudal Rusia yang ditembakkan dari pembom strategis Tu-95MS.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press / RIA Novosti