Sekjen PBB Sesalkan Keputusan Rusia untuk Mengakhiri Perjanjian Ekspor Biji-bijian Laut Hitam
Kompas dunia | 18 Juli 2023, 09:16 WIBBaca Juga: Rusia Cabut dari Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Ukraina, Ini Dampaknya bagi Indonesia dan Dunia
Guterres mengatakan bahwa ia "sangat kecewa" karena usulannya untuk memperbarui perjanjian bijih Laut Hitam tidak diindahkan.
"Saya menyadari beberapa hambatan yang masih ada dalam perdagangan luar negeri produk pangan dan pupuk Rusia. Itu sebabnya saya mengirim surat kepada Presiden Putin dengan usulan baru untuk mempertahankan Inisiatif Laut Hitam tetap berjalan," kata Guterres.
Dalam jumpa pers tersebut, Guterres membacakan beberapa bagian dari suratnya yang berisi upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memfasilitasi ekspor bijih dan pupuk Rusia, termasuk mekanisme pembayaran khusus untuk Bank Pertanian Rusia melalui JP Morgan di luar SWIFT, jaringan pesan yang digunakan untuk memulai pembayaran internasional.
Sebagian besar bank Rusia dikeluarkan dari sistem SWIFT setelah pecahnya konflik di Ukraina tahun lalu.
PBB juga mengantarkan proposal konkret untuk memungkinkan anak perusahaan Bank Pertanian Rusia memperoleh kembali akses ke SWIFT dengan Komisi Eropa, kata Guterres. "Elemen kunci yang mendasari viabilitas politik proposal ini adalah bahwa hal tersebut dapat dilaksanakan dalam peraturan yang ada. Kami melihat ini sebagai kesempatan politik yang unik, yang berasal dari keinginan tulus untuk melindungi keamanan pangan global setelah 17 Juli."
Surat tersebut dikirim pada Selasa minggu lalu.
Baca Juga: Afrika Terancam Kelaparan, PBB Sebut AS Beli Biji-bijian Ukraina untuk Bantuan Pangan
Presiden Majelis Umum PBB, Csaba Korosi, juga sangat menyesal atas keputusan Rusia untuk mundur dari Inisiatif Bijih Laut Hitam.
Selama 12 bulan, inisiatif ini menjadi penyelamat bagi jutaan orang yang terdampak krisis keamanan pangan global yang dipicu oleh konflik di Ukraina. Hingga saat ini, Inisiatif Bijih Laut Hitam memfasilitasi ekspor lebih dari 32 juta ton bijih dan produk pangan, langsung memberi makan penduduk dunia dan menstabilkan harga global, kata Paulina Kubiak, juru bicara Korosi, dalam sebuah pernyataan.
Korosi memuji upaya tak kenal lelah dari Sekretaris Jenderal PBB serta kinerja luar biasa dari Pusat Koordinasi Bersama di Istanbul, yang bertanggung jawab atas operasionalisasi inisiatif ini. Dia juga mengakui upaya pemerintah Turki, tambah pernyataan tersebut.
"Seperti sering terjadi, orang-orang yang paling rentan menderita ketika pasokan pangan sedikit dan harga meningkat, seperti yang kita alami saat ini. Oleh karena itu, presiden menegaskan kembali panggilannya kepada pihak-pihak untuk kembali berdialog," katanya. "Tantangan-tantangan ini kompleks, saling terkait. Tetapi tidak tidaklah tak teratasi. Belum terlambat."
Rusia dan Ukraina menandatangani secara terpisah dengan Turki dan Perserikatan Bangsa-Bangsa Inisiatif Bijih Laut Hitam di Istanbul pada Juli 2022, yang memungkinkan Ukraina untuk mengekspor bijih dan produk pertanian lainnya dari pelabuhan Laut Hitamnya. Sebagai perjanjian paralel, Rusia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menandatangani nota kesepahaman tentang fasilitasi ekspor makanan dan pupuk Rusia.
Inisiatif Bijih Laut Hitam, yang awalnya berlaku selama 120 hari, diperpanjang pada pertengahan November 2022 selama 120 hari lagi hingga 18 Maret 2023. Rusia kemudian setuju untuk memperpanjang perjanjian tersebut hanya selama 60 hari. Pada 17 Mei, Rusia setuju untuk memperpanjang perjanjian tersebut selama 60 hari lagi.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Xinhua