Presiden Kenya Anggap IMF dan Bank Dunia Tawanan Negara Kaya, Tuntut Pembentukan Lembaga Baru
Kompas dunia | 24 Juni 2023, 03:05 WIBRuto adalah bagian dari kelompok suara yang semakin bertambah dari negara-negara berpendapatan menengah dan rendah yang mengkritik Bank Dunia dan IMF.
Perdana Menteri Barbados Mia Mottley tahun lalu mengajukan Inisiatif Bridgetown yang disebut untuk mendorong transformasi sistem keuangan global. "Kita perlu memperbaiki sistem ini," kata Mottley kepada FT minggu ini.
Ruto mengatakan bank baru yang beroperasi secara independen dari arsitektur keuangan tradisional adalah kunci untuk memastikan bahwa negara-negara seperti Kenya tidak mengalami utang besar dalam upaya mengurangi emisi dan mengubah sistem energi mereka.
Baca Juga: Jika Ikuti Standar Bank Dunia, 40 Persen Masyarakat Indonesia Mendadak Tergolong Miskin
Negara-negara termasuk Kenya membayar jauh lebih banyak untuk meminjam uang daripada jumlah yang harus dibayar negara-negara barat, menciptakan siklus utang yang mematikan, katanya.
Dia mengatakan, Afrika tidak ingin ujungnya membayar delapan kali lebih banyak untuk meminjam dibanding negara kaya. "Kita ingin membayar sama dengan semua orang," katanya.
Kenya, kekuatan ekonomi di Afrika Timur, menghabiskan sekitar USD5 miliar setiap tahun untuk pembayaran utang. Pendahulu Ruto, Uhuru Kenyatta, meminjam secara besar-besaran dari Beijing.
Ruto, yang umumnya bersahabat dengan negara-negara Barat, berjanji untuk menghindari gagal bayar utang, dengan harapan untuk menghindari nasib Zambia dan, baru-baru ini, Ghana.
Meskipun Ruto mempertanyakan peran IMF dan Bank Dunia dalam mengatasi perubahan iklim, dia berpendapat badan-badan ini seharusnya direformasi.
Di atas inisiatif yang ada, lembaga-lembaga ini seharusnya menghabiskan USD500 miliar setiap tahun untuk mengkredit ulang utang yang mahal yang dipegang oleh negara-negara maju, katanya.
Berbicara di pertemuan puncak tersebut, Macron menekankan perlunya mengatasi kemiskinan dan peningkatan suhu secara bersamaan.
"Prinsip pertama adalah bahwa pembuat keputusan, negara mana pun, tidak boleh pernah harus memilih antara mengurangi kemiskinan dan melindungi planet ini," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Financial Times