> >

Biden Keukeuh Sebut Xi Jinping Diktator, tapi Masih Ingin Jumpa

Kompas dunia | 23 Juni 2023, 06:40 WIB
Presiden AS Joe Biden pada konferensi pers usai bertemu PM India Narendra Modi. Biden membela komentar-komentar publiknya yang keras terhadap China, termasuk menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai seorang diktator, dengan yakin mengatakan kata-katanya tidak akan punya dampak negatif pada hubungan AS-China dan dia masih berharap dapat berjumpa Xi di masa depan. (Sumber: AP Photo)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat Joe Biden membela diri atas komentar-komentarnya yang keras terhadap China, termasuk menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai seorang diktator. Biden yakin pernyatannya tidak akan punya dampak negatif pada hubungan AS-China dan dia masih berharap dapat berjumpa Xi di masa depan.

Biden mengatakan pernyataanya tentang China "bukan sesuatu yang akan saya ubah begitu saja." Seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Jumat (23/6/2023).

"Saya berharap akan bertemu dengan Presiden Xi dalam waktu dekat. Dan saya tidak berpikir ini memiliki konsekuensi nyata," ujarnya, berbicara selama konferensi pers di Gedung Putih bersama Perdana Menteri India Narendra Modi yang sedang berkunjung.

Pernyataan tersebut, yang memicu protes resmi dari pihak China, membuka konflik baru setelah Menlu AS Antony Blinken menyelesaikan kunjungannya ke Beijing yang dimaksudkan sebagai langkah untuk menstabilkan hubungan dan meningkatkan komunikasi.

Namun Biden tetap tak terpengaruh.

Hanya beberapa jam sebelumnya, kedutaan China di Washington mengatakan sudah menyampaikan protes resmi. Duta Besar China Xie Feng memberitahu pejabat senior Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS bahwa Washington "harus mengambil tindakan sungguh-sungguh untuk menghilangkan dampak negatif" dari apa yang Biden katakan atau "menerima semua konsekuensinya."

Baca Juga: Murka, China Layangkan Protes Resmi atas Ucapan Presiden AS Bahwa Presiden China Xi Jinping Diktator

Xi Jinping saat mendengarkan Menlu AS Antony Blinken di Beijing, Senin (19/6/2023). Presiden Amerika Serikat Joe Biden membela diri atas pernyataannya yang keras terhadap China, termasuk menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai seorang diktator. Biden yakin tidak akan punya dampak negatif pada hubungan AS-China dan dia masih berharap dapat berjumpa Xi di masa depan. (Sumber: AP Photo)

"Dengan pernyataan terakhir yang tidak bertanggung jawab tentang sistem politik China dan pemimpin tertingginya, orang tidak bisa tidak mempertanyakan ketulusan pihak AS, dalam upaya menstabilkan hubungan," kedutaan tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Pemerintah dan rakyat China tidak menerima provokasi politik terhadap pemimpin tertinggi China dan akan menanggapi dengan tegas."

Pada acara pengumpulan dana kampanye pada hari Selasa, Biden menyebut Presiden China sebagai seorang diktator. Biden menggambarkan Xi sebagai orang yang tidak peduli selama kekacauan musim dingin lalu terkait balon mata-mata China, dan mengabaikan masalah ekonomi yang nyata di China.

Sebagai komunikasi resmi antar-pemerintah, pesan dari duta besar kepada Pemerintahan Biden memiliki bobot yang lebih besar daripada komentar kritis yang dilontarkan sehari sebelumnya oleh juru bicara pemerintah China kepada para wartawan.

China tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai bagaimana pesan dari duta besar disampaikan, apakah mereka meminta permintaan maaf dari Pemerintahan Biden, atau apa konsekuensinya.

China dan AS dalam beberapa tahun terakhir sering kali terlibat dalam konflik diplomatik. China telah menggunakan berbagai tindakan, mulai dari memutuskan hubungan diplomatik hingga melakukan manuver militer di dekat Taiwan untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka.

Pejabat Pemerintahan Biden pada hari Rabu mempertahankan pernyataan Biden, dengan mengatakan presiden membuat perbedaan antara demokrasi dan otoritarianisme di dunia. Departemen Luar Negeri AS sendiri tidak memberikan komentar mengenai pembicaraan diplomatik pribadi.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU