Mengerikannya Bencana Kelaparan di Korea Utara, Saksikan Tetangga Mati Kelaparan
Kompas dunia | 16 Juni 2023, 08:35 WIBPYONGYANG, KOMPAS.TV - Warga Korea Utara memberikan kesaksikan mengerikannya bencana kelaparan yang saat ini tengah melanda negara tersebut.
Mereka mengaku ketakutan saksikan tetangganya mati kelaparan.
Hal itu diungkapkan beberapa warga Korea Utara yang meminta identitasnya dirahasiakan kepada BBC.
Berdasarkan pernyataan mereka diyakini bencana kelaparan yang melanda Korea Utara saat ini adalah yang terburuk sejak 1990-an.
Baca Juga: Inilah Cara Korea Selatan Sukses Mendaur Ulang Limbah Makanan Jadi Cuan, Kota New York Mencontohnya
Pemerintah Korea Utara, menutup perbatasan pada 2020 dan memutus pasokan vital negara itu.
Mereka juga memperketat kehidupan warga Korea Utara.
Namun rezim Kim Jong-un menegaskan mereka memprioritaskan kepentingan warganya.
BBC melakukan wawancara dengan tiga warga Korea Utara, secara rahasia.
Mereka mendapatkan bantuan dari organisasi media Daily NK, yang memiliki jaringan sumber di negara itu.
Para narasumber itu mengatakan sejak perbatasan ditutup mereka ketakutan akan mati kelaparan atau dieksekusi mati karena melanggar aturan.
Salah seorang perempuan yang tinggal di Pyongyang mengatakan ia mengenal keluarga yang terdiri dari tiga orang yang mati kelaparan.
“Kami mengetuk pintu untuk memberikan mereka air, tapi tak ada yang menjawab,” ujar Ji Yeon.
Ji Yeon mengatakan ketika otoritas masuk ke dalam rumah itu, mereka menemukan keluarga itu telah tewas.
Nama Ji Yeon telah diubah dari nama sebenarnya untuk melindungi dirinya, begitu juga dengan warga lain yang diwawancara.
Seorang pekerja konstruksi yang kerja di dekat perbatasan China, dan kami panggil Chan Ho, mengatakan pasokan makanan sangat rendah.
Bahkan hal itu menyebabkan lima orang di desanya telah mati kelaparan.
“Awalnya saya takut mati karena Covid-19, kini saya mulai khawatir akan mati kelaparan,” ucapnya.
Korea Utara tak pernah lagi mampu memproduksi cukup makanan bagi 26 juta warganya.
Saat mereka menutup perbatasan pada Januari 2020, otoritas mulai berhenti mengimpor gandum dari China, begitu juga pupuk dan mesin yang diperlukan untuk meningkatkan makanan.
Sebaliknya, mereka malah memperketat perbatasan dengan pagar, dan dilaporkan memerintahkan penjaga menembak mati siapa pun yang mencoba menyeberang.
Hal ini membuat hampir tak mungkin bagi orang menyelundupkan makanan untuk dijual di pasar tak resmi, tempat kebanyakan orang Korea Utara berbelanja.
Baca Juga: Ucapan Megawati Disorot Media China, Yakin Indonesia Bisa Susul Program Nuklir Korea Utara
Seorang pedagang pasar dari utara negara itu, memberi tahu bahwa hampir tiga perempat produk di pasar lokalnya dulu berasal dari China, tapi sekarang kosong.
Ia, bersama banyak orang lain yang mencari nafkah dengan menjual barang-narang yang diselundupkan melintasi perbatasan, telah melihat sebagian besar pendapatannya hilang.
Ia memberi tahu bahwa keluarganya tak pernah kekurangan makan, dan baru-baru ini orang-orang mengetuk pintunya meminta makanan karena mereka sangat lapar.
Ji Yeon sendiri mengatakan saat ini ia lebih sering mendengar orang yang bunuh diri di rumah, atau hilang di hutan untuk mati, karena mereka tak sanggup lagi hidup.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC