Kisah Dokter Perempuan di Kepulauan Terpencil Filipina, Rawat 13.000 Orang Sendirian
Kompas dunia | 11 Juni 2023, 14:24 WIBBaca Juga: Donald Trump Mengamuk atas Dakwaan Kepadanya: Mereka Curang, Mereka Koruptif
Ia mengatakan datang ke Kepulauan Agutaya untuk membuat perubahan nyata, meski hal itu hingga kini masih sulit dilakukannya.
Dr Alena, yang merupakan lulusan universitas medis terkenal di Manila, datang ke Kepulauan Agutaya pada Februari 2020.
“Saat saya memulai di sini, saya berusia 26 tahun dan banyak orang yang salah menyangka saya sebagai pelajar. Orang taka da yang percaya saya dokter,” katanya.
Hanya hitungan sebulan, ia mendapat tantangan ketika Virus Corona membuat Filipina harus lockdown. Pulau itu juga harus dikunci.
“Tahun pertama tak terlalu buruk. Tak ada kasus lokal,” ujarnya.
“Namun pada tahun kedua (2021), itu adalah ketika pemerintah mengizinkan orang-orang untuk kembali ke kampung halamannya. Tiba-tiba ada banyak orang yang kembali sejauh dari Manila,” tambahnya.
Dr Alena pun kemudian bertanggung jawab untuk melakukan karantina di kepulauan tersebut.
“Kerika orang-orang mengetahui mereka harus dikarantina, mereka pun berekasi dengan kekerasan. Saya menerima ancaman kematian. Mereka ingin menembak saya,” ujarnya.
Ia pun mengatakan ada saat di mana ia hanya bisa menangis dengan keadaan saat itu.
Tantangan selanjutnya ketika vaksin Covid-19 sudah mulai ada pada musim panas 2021.
“Kami harus pergi dari rumah ke rumah di setiap desa di pulau,” kata Dr Alena.
“Pulau terjauh nyaris tiga jam lamanya dengan kapal, dan banyak orang yang tak memiliki biaya untuk ke klinik. Jadi mereka tak datang,” tambahnya.
Bukan hanya hal tersebut satu-satunya masalah.
“Ada banyak keragu-raguan, banyak berita palus tentang vaksin yang buruk atau bahwa mereka dapat membunuh orang,” ujarnya.
Baca Juga: Heboh, Polisi Terima Panggilan Munculnya Alien, Terjadi Usai Saksikan Benda Asing Jatuh dari Langit
“Banyak orang mendapatkan berita dari media sosial di sini, dan mereka tak mendapatkan faktanya,” lanjut Dr Alena.
Perjuangannya cukup berhasil, karena pemberian vaksin bisa dikatakan sukses.
Di sepanjang kepulauan hanya delapan orang yang meninggal karena Covid-19.
Meski begitu, Dr Alena menegaskan bahwa perjuangannya di kepulauan itu masih jauh dikatakan selesai.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC