Korban Luka Pasukan PBB di Kosovo Utara Jadi 30 Orang akibat Bentrokan Berdarah dengan Etnis Serbia
Kompas dunia | 30 Mei 2023, 21:42 WIBSerbia memerintahkan pasukan militer negara tersebut untuk berada dalam kondisi siaga tinggi dan mengirimkan lebih banyak pasukan ke perbatasan dengan Kosovo.
Kosovo dan Serbia telah menjadi musuh selama beberapa dekade, dengan Belgrade menolak mengakui kedaulatan Kosovo pada tahun 2008.
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah meningkatkan upaya mereka untuk membantu menyelesaikan perselisihan Kosovo-Serbia, dengan khawatir akan terjadinya ketidakstabilan lebih lanjut di Eropa akibat perang Rusia di Ukraina.
Uni Eropa telah menjelaskan kepada Serbia dan Kosovo bahwa mereka harus memperbaiki hubungan jika ingin membuat kemajuan dalam proses bergabung dengan Uni Eropa.
Baca Juga: Balkan Memanas! Serbia Siagakan Militer dalam Kondisi Siap Tempur di Perbatasan Kosovo, Ada Apa?
Duta-duta besar dari negara-negara Barat yang tergabung dalam kelompok yang disebut Quint, yaitu Prancis, Italia, Jerman, Britania Raya, dan Amerika Serikat, bertemu dengan Perdana Menteri Kosovo, Albin Kurti di Pristina, meminta langkah-langkah untuk meredakan ketegangan dan mengecam keras kekerasan yang dilakukan oleh etnis Serbia terhadap pasukan KFOR dan jurnalis.
"Grafiti ultra-nasionalis Serbia pada kendaraan NATO adalah pengingat yang kelam di Kosovo. Kami berdiri untuk perdamaian dan keamanan," ujar Kurti setelah pertemuan tersebut.
Duta-duta besar Quint juga akan bertemu dengan Vucic, dan ia juga akan bertemu dengan duta besar Rusia dan China untuk menunjukkan bahwa ia memiliki dukungan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambilnya.
Etnis Serbia di Zvecan, Leposavic, Zubin Potok, dan Mitrovica, empat munisipalitas di utara, mengadakan pemilihan bulan lalu yang sebagian besar di boikot oleh etnis Serbia.
Hanya wakil etnis Albania atau minoritas kecil lainnya yang terpilih sebagai walikota dan anggota dewan munisipal.
Konflik di Kosovo meletus pada tahun 1998 ketika etnis Albania separatis memberontak melawan pemerintahan Serbia, dan Serbia menanggapi dengan tindakan keras. Sekitar 13.000 orang, sebagian besar etnis Albania, tewas dalam konflik tersebut.
Intervensi militer NATO pada tahun 1999 akhirnya memaksa Serbia untuk meninggalkan wilayah tersebut. Washington dan sebagian besar negara anggota UE telah mengakui Kosovo sebagai negara yang merdeka, namun Serbia, Rusia, dan China belum melakukannya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press