> >

Dapat Mandat Baru, Barat Melihat Erdogan Akan Lanjutkan Pelibatan Turki dengan Rusia dan Barat

Kompas dunia | 30 Mei 2023, 06:10 WIB
Pendukung Erdogan di Istanbul, Minggu, 28 Mei 2023. Setelah berhasil mendapatkan mandat baru, Recep Tayyip Erdogan dipandang akan menyesuaikan beberapa sikap yang dianggap mengganggu sekutu NATO-nya, Barat memprediksi Erdogan akan melanjutkan kebijakan keterlibatannya dengan Rusia dan Barat. (Sumber: AP Photo/Emrah Gurel)

Namun, hal itu juga sering membuatnya menjadi sosok yang tak tergantikan, seperti yang terbukti dengan para pemimpin Barat yang berlomba-lomba mengucapkan selamat padanya, meskipun barat melihat kecenderungan otoriter yang semakin meningkat, termasuk tindakan keras terhadap kebebasan berbicara dan retorika yang menargetkan komunitas LGBTQ.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan dalam pesan yang diposting di Twitter bahwa ia "berharap dapat terus bekerja sama sebagai Sekutu NATO dalam hal-hal bilateral dan tantangan global bersama".

Baca Juga: Putin-Zelenskyy Kompak, Sama-sama Beri Selamat ke Erdogan yang Terpilih Lagi Jadi Presiden Turki

Pendukung Recep Tayyip Erdogan merayakan keberhasilan sang petahana untuk kembali menjadi Presiden Turki di Istanbul, Minggu (28/5/2023). (Sumber: Sky News)

Washington mengeluarkan Turki dari program pesawat tempur F-35 yang dipimpin AS setelah pemerintahan Erdogan membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia. Turki sekarang berupaya membeli pesawat tempur F-16.

Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya dan Turki "punya tantangan besar yang harus dihadapi bersama," termasuk pemulihan perdamaian di Eropa. "Dengan Presiden Erdogan... kita akan terus maju."

Dan sebagai tanda ia juga penting bagi lawan Barat, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatributkan kemenangan Erdogan kepada "kebijakan luar negeri yang independen"nya.

Kebijakan-kebijakan tersebut membantu Erdogan mempertahankan popularitasnya meskipun menghadapi tantangan besar di dalam negeri, termasuk ekonomi yang terpukul oleh inflasi tinggi dan gempa bumi yang menghancurkan yang menyebabkan kritik terhadap pemerintahannya. Lira Turki anjlok terhadap dolar pada hari Senin, meskipun saham menguat.

"Siapa lagi yang akan kami pilih selain orang yang membawa negara kami ke titik ini?" tanya Hacer Yalcin selama perayaan pasca-pemilihan. "Dia mempersiapkan segalanya, menumpuk semuanya di tengah, dan sekarang orang lain akan datang dan memakannya?"

Erdogan kemungkinan akan terus mendorong upaya terakhir untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara Timur Tengah setelah terjadi konflik dengan beberapa kekuatan regional, termasuk Israel, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.

Baca Juga: Biden Beri Selamat ke Erdogan yang Jadi Presiden Turki Lagi, Padahal Sempat Dituduh Dukung Oposisi

Tim pencarian dan penyelamatan bekerja sepanjang waktu untuk menggali korban gempa di Antakya, Hatay, menyusul dua gempa besar yang menyebabkan ribuan bangunan runtuh bersamaan dengan kerusakan parah di Turki dan Suriah, Sabtu (11/2/2023). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

Erdogan mengakui dalam wawancara televisi baru-baru ini bahwa beberapa negara di Teluk yang tidak disebutkan namanya telah memberikan bantuan keuangan kepada Turki yang membantu memperkuat ekonomi negara ini.

Dalam tekanan domestik yang intens untuk memulangkan jutaan pengungsi Suriah, Erdogan mencoba memperbaiki hubungan dengan Presiden Suriah Bashar Assad setelah bertahun-tahun mendukung pejuang oposisi yang ingin menjatuhkannya.

Pemerintah Erdogan berharap perbaikan hubungan dengan Assad dapat mengarah pada pemulangan pengungsi dengan aman. Namun, Damaskus mengatakan Turki harus mundur dari daerah-daerah di Suriah utara yang dikuasainya.

Meskipun AS dan Eropa kemungkinan akan mencari dukungan Turki dalam beberapa isu, seperti keanggotaan Swedia dalam NATO, para pengamat mengatakan hubungan ini akan tetap sulit di bidang-bidang lain, seperti akses Turki ke Uni Eropa.

Pertemuan tersebut terhenti karena kemunduran demokrasi di bawah Erdogan dan kemungkinan tidak akan dipulihkan.

"Lima tahun lagi Erdogan berarti lebih banyak melakukan keseimbangan geopolitik antara Rusia dan Barat," tulis Galip Dalay, associate fellow di Chatham House di London. "Turki dan Barat akan terlibat dalam kerja sama transaksional di mana pun kepentingan (Turki) menentukannya dan akan memisahkan hubungannya."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU