UEA Malu Normalisasi Hubungan dengan Israel: Tak akan Ada Negara Arab Lain yang Bakal Melakukannya
Kompas dunia | 25 Mei 2023, 08:59 WIBABU DHABI, KOMPAS.TV - Uni Emirat Arab (UEA) dilaporkan malu telah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
UEA dilaporkan merasa malu dengan apa yang dilakukan oleh Pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Mereka melihat apa yang saat ini dilakukan Israel tak sesuai dengan tujuan dilakukannya normalisasi.
Hal tersebut diungkapkan analis kebojakan politik senior UEA, Dr. Ebtesam Al-Ketbi.
Baca Juga: Wabah Kolera, 17 Orang Tewas di Afrika Selatan dan 9 Orang Tewas di Zimbabwe
Ia pun menegaskan melihat hal ini, tak akan ada negara Arab lainnya yang bakal melakukan normalisasi dengan Israel.
“Pemerintahan terbaru di Israel tak akan menghentikan Perjanjian Abraham. Para penandatanganannya tak akan menarik diri, tetapi kami tak akan memiliki penandatan lainnya,” ujar Dr Ebtesam dikutip dari Haaretz.
Ia mengatakan lebih banyak pihak dari dunia Arab dan dunia non Arab yang terlibat. Tetapi pemerintahan terbaru membuat pergerakan semua orang terhambat.
“Pemerintahan saya dan penandatangan lainnya merasa malu di depan rakyat Arab, dan mereka ingin mengatakan sesuatu,” ujarnya.
“Dan mereka menginginkan solusi untuk itu, karena mereka telah berinvestasi dengan berat di Perjanjian Abraham,” tambahnya.
Salah satu tujuan utama Netanyahu adalah mengadakan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi, yang merupakan negara terbesar di wilayah itu.
Baca Juga: Sesumbar Menteri Sayap Kanan Israel saat Datangi Kompleks Masjid Al-Aqsa: Kami yang Berkuasa
Selain itu, mengekspansi aliansi kawasan untuk memukul pengaruh Iran.
Tetapi harapan Netanyahu mengalami kemunduran setelah Iran dan Arab Saudi sepakat melakukan normalisasi hubungan pada April.
“Sebuah kekalahan besar untuk Israel ketika Saudi berpihak kepada Iran,” ujar Dr. Ebtesam.
Netanyahu sendiri dan Presiden Israel, Isaac Herzog diundang oleh Duta Besar UEA untuk Israel di Konferensi Iklim Internasional PBB, yang dijadwalkan pada November di Dubai.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : Haaretz