Roket Terbesar SpaceX dan Starship Elon Musk Meledak Beberapa Menit setelah Peluncuran
Kompas dunia | 21 April 2023, 00:29 WIBBOCA CHICA, KOMPAS.TV - Roket terbesar dan terkuat yang pernah dibangun berhasil diluncurkan dari Texas, tetapi meledak dalam beberapa menit pada uji coba penerbangan pada hari Kamis (20/4/2023), yang diharapkan oleh pembuatnya, SpaceX, akan menjadi langkah pertama dalam perjalanan manusia ke Mars.
Setelah peluncuran batal sebelumnya minggu ini karena masalah tekanan, sistem roket Starship sepanjang 120 meter itu lepas landas pada pukul 8.33 pagi waktu setempat pada hari Kamis, seperti dilaporkan oleh Guardian.
Starship adalah roket terbesar dan terkuat yang pernah dibangun dan bisa menjadi langkah pertama dalam membawa manusia ke Mars.
Roket tersebut mulai bergerak cepat tetapi kemudian mulai berputar dan melintir di ketinggian sebelum meledak sekitar empat menit setelah meluncur ke angkasa.
Tampaknya dua bagian dari sistem roket - booster dan kapal jelajah - tidak dapat terpisah dengan benar setelah lepas landas, yang kemungkinan menyebabkan kegagalan pesawat ruang angkasa.
"Seolah-olah uji coba penerbangan belum cukup menarik, Starship mengalami pemisahan yang terjadi sebelum tahap pemisahan," kata SpaceX dalam pernyataan di Twitter, mengacu pada ledakan tersebut.
SpaceX sebelumnya memperingatkan bahwa peluang keberhasilan sangat rendah dan tujuan dari uji coba penerbangan adalah untuk mengumpulkan data, terlepas dari apakah misi berhasil.
Karyawan di SpaceX bersorak bahkan setelah roket meledak.
Uji coba suborbital tanpa awak ini menandai percobaan "fully stacked" pertama di mana kapal jelajah Starship, yang dirancang untuk akhirnya membawa hingga 100 astronaut, ditempatkan di atas roket Super Heavy booster, yang diperkuat 33 mesin Raptor untuk memberikan dorongan besar yang dibutuhkan.
Baca Juga: Miliuner Jepang bakal ke Bulan dengan SpaceX, Ajak Bintang K-Pop TOP dan DJ Steve Aoki
Hampir sepanjang tiga jet penumpang, pesawat ruang angkasa sebesar gaban itu berdiri 10 meter lebih tinggi dari roket Saturn V yang mengirim manusia ke bulan pada 1969.
Elon Musk, pendiri SpaceX, memperoleh persetujuan yang diperlukan minggu lalu dari Federal Aviation Administration (FAA) untuk meluncurkan roket tersebut.
Kedua segmen atas dan bawah dari sistem tersebut dirancang untuk dapat kembali dengan aman mendarat kembali ke Bumi, sehingga dapat digunakan kembali.
Musk mengatakan, reusabilitas atau kemampuan untuk digunakan kembali sang roket membuat penerbangan antariksa jauh lebih murah daripada yang ditawarkan oleh NASA.
Berbeda dengan NASA yang berusaha menghindari risiko, SpaceX punya catatan keberanian untuk melakukan uji coba penerbangan yang gagal, dengan Musk mengatakan usaha swasta ini mendapat manfaat dari memahami kesalahan yang terjadi.
SpaceX membangun landasan peluncuran sendiri yang dinamakan Starbase, di Boca Chica, Texas,
Lalu di dekat Teluk Meksiko, untuk meluncurkan roketnya. Dan beberapa Starship lainnya sudah dalam produksi untuk pengujian masa depan.
Musk mengatakan, ia mengembangkan Starship, sebelumnya dikenal sebagai BFR (Big F*****g Rocket), agar manusia dapat menjadi spesies antar planet.
Untuk melakukan hal ini, Musk bermaksud memulai kolonisasi Mars, yang menurutnya diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia dalam kasus kejadian yang menghancurkan Bumi seperti perang nuklir atau tabrakan asteroid.
SpaceX mengklaim Starship, yang punya kapasitas muatan hingga 150 ton akan mampu mengangkut puluhan orang dalam penerbangan antar planet jangka panjang.
Perusahaan ini sudah punya rencana perjalanan yang didanai secara privat untuk 11 orang mengelilingi bulan pada tahun ini, meskipun jadwal tersebut sekarang tampak tidak realistis.
SpaceX juga mengumumkan rencana jangka panjang untuk menggunakan pesawat ruang angkasa tersebut sebagai shuttle untuk perjalanan komersial di Bumi, menawarkan perjalanan dari London ke Tokyo dalam waktu kurang dari satu jam.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Deni-Muliya
Sumber : Guardian