Fenomena Banyak Sekolah Tutup di Jepang, Imbas Menurunnya Tingkat Kelahiran
Kompas dunia | 10 April 2023, 12:40 WIBHal itu termasuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait perang, dan menegaskan pentingnya menjaga lingkungan pendidik.
Tetapi hal itu tak memberikan bantuan yang besar.
Pada 2022, angka kelahiran anjlok hingga di bawah 800.000, dan menurut perkiraan pemerintah, itu merupakan sebuah rekor terendah selama ini.
Hal itu juga terjadi delapan tahun lebih awal dari yang diramalkan, dan memberikan pukulan telak bagi sekolah umum yang lebih kecil, dan sering kali menjadi jantung kota dan di pedesaan.
Menurut data pemerintah, sekitar 450 sekolah ditutup setiap tahun.
Antara 2002 dan 2020, hampir 9.0000 sekolah ditutup secara permanen sehingga sulit bagi daerah terpencil untuk menarik penduduk baru dan lebih muda.
“Saya orang yang tak akan menganggap daerah ini sebagai tempat pindah untuk memulai sebuah keluarga jika tak ada sekolah menengah pertama,” tutur Masumi, ibu Eita yang juga lulusan Yumoto.
Ten-ei merupakan desa dengan jumlah penduduk di bawah 5.000 orang, dan hanya 10 persen yang berusia di bawah 18 tahun.
Baca Juga: Doa Paus Fransiskus di Misa Paskah, Pertolongan untuk Rakyat Ukraina dan Perdamaian Palestina-Israel
Puncak populasi di desa tersebut adalah pada sekitar 1950-an, di mana ada lebih dari 10.000 warga, yang didukung pertandingan dan perindustrian.
Namun, daerah yang terpencil dan tak nyaman, jumlahnya semakin meningkat sehingga mendorong penduduk untuk pergi.
Depopulasi berkembang cepat setelah bencana PLTN Fukushima, 11 Maret 2011 lalu.
Ten-ei merupakan salah satu daerah yang terdampak kontaminasi radioaktif, meski sudah dibersihkan.
Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Al-Jazeera