> >

Analis Arab Saudi Sebut China Jadi Juru Damai di Timur Tengah akibat AS Kurang Pragmatis

Kompas dunia | 8 April 2023, 08:00 WIB
Presiden China Xi Jinping dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bin Abdulaziz. Timur Tengah saat ini menyaksikan "tsunami perdamaian" dan bahwa Arab Saudi saat ini "sedang berperang melawan peperangan" melalui pemulihan hubungan diplomatik dengan Iran dan Turki, kata analis Arab Saudi, Salman al-Ansari. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

RIYADH, KOMPAS.TV - Analis politik Arab Saudi, Salman Al-Ansari mengatakan Timur Tengah saat ini menyaksikan "tsunami perdamaian" dan bahwa Arab Saudi saat ini "sedang berperang melawan peperangan" melalui pemulihan hubungan diplomatik dengan Iran dan Turki.

Selama wawancara dengan Arab News, Jumat (7/4/2023), Al-Ansari mengutip frasa dari teoretikus politik Irak Dr. Omar Abdulsattar, yang mengatakan, "Arab Saudi sedang berperang melawan perang."

Al-Ansari juga menjawab pertanyaan tentang peran baru China di Timur Tengah, dan bagaimana kekosongan yang biasanya diisi dengan kehadiran Amerika Serikat (AS) dieksploitasi oleh kekuatan dunia lainnya.

Ini menyusul pembicaraan yang difasilitasi Presiden China Xi Jinping di Beijing, di mana Iran dan Arab Saudi mengumumkan keberhasilan pembicaraan pada 10 Maret. Dialog tersebut menghasilkan kesepakatan untuk memulihkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan besar dalam waktu dua bulan.

"China adalah satu-satunya negara yang punya pengaruh yang substansial atas Iran, dan China adalah satu-satunya mekanisme bernapas bagi rezim Iran yang mendapat sanksi global," kata Al-Ansari.

Menurut peneliti politik tersebut, rezim Iran hanya punya satu pilihan, "Entah mengubah jalur dan bertindak seperti tetangga yang normal daripada (tetangga) revolusioner, atau mereka mungkin ditinggalkan oleh teman-teman mereka di China."

Secara historis, hubungan China dengan Timur Tengah berpusat pada perdagangan, ekonomi, dan investasi.

Baca Juga: Sejarah Pasang Surut Hubungan Arab Saudi dan Iran yang Kini Tidak Mau Lagi Diadu Domba

Presiden Iran Ebrahim Raisi (kiri), berjabat tangan dengan sejawatnya dari China, Xi Jinping, di Beijing, China, Selasa, 14 Februari 2023. Timur Tengah saat ini menyaksikan "tsunami perdamaian" dan bahwa Arab Saudi saat ini "sedang berperang melawan peperangan" melalui pemulihan hubungan diplomatik dengan Iran dan Turki. (Sumber: AP Photo)

Dalam beberapa tahun terakhir, China menunjukkan minatnya yang berkembang untuk memperluas hubungan politik di wilayah tersebut dan memperkuat agenda diplomatisnya untuk akhirnya menjadi "juru damai global", seperti yang dijelaskan oleh Al-Ansari.

"China tentu saja ingin mempresentasikan dirinya sebagai juru perdamaian global dan menetapkan contoh tentang bagaimana kekuatan super yang wajar seharusnya terlihat. Secara keseluruhan, saya pikir ini adalah kemenangan tiga pihak: Arab Saudi, Iran, dan China."

China banyak berinvestasi dalam hubungan di Timur Tengah sementara AS berfokus pada China dan tetap tidak terlibat dalam pendekatan untuk memfasilitasi perjanjian perdamaian di Timur Tengah.

"Saya tidak berpikir AS telah mundur dari Timur Tengah. Tapi mungkin mereka tidak terlibat dengan kegesitan dan pragmatisme," kata Al-Ansari.

"Tiada keraguan bahwa pemerintahan AS membuat banyak kesalahan yang substansial dalam kebijakan Timur Tengahnya sejak tahun 2003," tambahnya, merujuk pada invasi Irak, doktrin Obama, dan kesalahan baru-baru ini oleh pemerintahan Biden.

"Tapi meskipun begitu, AS adalah, dan akan selalu menjadi mitra strategis terbesar Arab Saudi. Kami tidak dapat mengabaikan hubungan historis ini karena beberapa kesalahan perhitungan beberapa pejabat Amerika," katanya.

Selama Konferensi Keamanan dan Pembangunan Jeddah yang diselenggarakan oleh Arab Saudi pada tanggal 16 Juli 2022, Presiden Joe Biden mengulangi, "Amerika Serikat akan tetap menjadi mitra aktif dan terlibat di Timur Tengah."

Baca Juga: CIA Kesal Arab Saudi Berdamai dengan Iran, Merasa Pangeran Mohammed bin Salman Membutakan AS

Menteri Luar Negeri Iran dan Arab Saudi bertemu di China pada Kamis, dalam pertemuan formal pertama antara diplomat paling senior mereka dalam lebih dari tujuh tahun terakhir. Inilah pasang surut keintiman dua raksasa regional Arab Saudi dan Iran (Sumber: Daily Mail)

"Kami tidak akan berjalan pergi dan meninggalkan kekosongan yang akan diisi oleh China, Rusia, atau Iran. Kami akan mencari cara untuk membangun momen ini dengan kepemimpinan Amerika yang aktif," kata Biden.

Sejak pidato Presiden Biden di konferensi tersebut, China memfasilitasi rekonsiliasi hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran dan mengadakan beberapa pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan dan rekan sejawat Iran Hossein Amir-Abdollahian. Ini mengarah pada kesepakatan tiga pihak antara Kerajaan, China, dan Iran untuk memulihkan hubungan diplomatik.

Al-Ansari mengatakan karena Arab Saudi memosisikan dirinya sebagai "penyeimbang global," peran yang mereka ambil "mungkin tidak beresonansi dengan AS untuk saat ini."

Ia menambahkan, "Tapi saya pikir hanya waktu yang akan membantu mempernormalisasi realitas baru ini."

Juga melalui kesepakatan yang difasilitasi China, beberapa bulan terakhir dunia menyaksikan upaya untuk melanjutkan hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Suriah.

Seperti yang dilaporkan oleh Ekhbariya TV pada 23 Maret 2022, Arab Saudi dan Suriah sedang dalam pembicaraan untuk melanjutkan layanan konsuler antara kedua negara.

Al-Ansari menambahkan, China menganggap Timur Tengah sebagai salah satu wilayah terpenting di dunia karena tiga alasan, termasuk fakta bahwa "40 persen impor energi China berasal dari wilayah tersebut, dari Timur Tengah."

Baca Juga: Kesepakatan Menggemparkan Menlu Iran dan Arab Saudi dalam Pertemuan Resmi di Beijing Hari Ini

Dalam foto yang dirilis Xinhua, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani (kanan) berjabat tangan dengan penasihat keamanan nasional Arab Saudi, Musaad bin Mohammed al-Aiban (kiri) didampingi Wang Yi, diplomat paling senior China, di Beijing, Sabtu, 11 Maret 2023. (Sumber: Luo Xiaoguang/Xinhua via AP)

Kedua, Inisiatif Sabuk dan Jalan, sebuah strategi pengembangan infrastruktur yang dipimpin oleh China, akan melewati Arab Saudi dan Iran.

Alasan ketiga, Al-Ansari menegaskan adalah ambisi China untuk muncul di panggung global sebagai kekuatan untuk kebaikan.

Apakah peran aktif Cina akan diperluas untuk mencoba menyelesaikan masalah lain di Timur Tengah? Seperti konflik Israel-Palestina yang semakin memburuk dalam beberapa minggu terakhir.

"Pemerintah Cina akan terus bekerja keras untuk mempromosikan penyelesaian dini dan tepat dari isu Palestina," kata duta khusus Cina untuk urusan Timur Tengah pada hari Jumat.

"Cina sangat prihatin dengan konflik yang meningkat antara Israel dengan Palestina dan Lebanon, dan menyerukan keterkendalian dan kebijakan dari semua pihak, terutama Israel," kata Duta Khusus Pemerintah Cina untuk Timur Tengah, Zhai Jun, ketika bertemu dengan utusan Timur Tengah di Beijing.

Ditanya apakah eskalasi terbaru akan memakan waktu lebih lama untuk mencapai kesepakatan normalisasi antara Arab Saudi dan Israel, Al Ansari mengatakan bahwa sekarang bola ada di pihak Israel dan mereka harus menyelesaikan masalah mereka dengan Palestina.

"Akankah ada perdamaian antara Arab Saudi dan Israel dalam waktu dekat? Saya pribadi berharap begitu, tetapi saya percaya pada saat yang sama bahwa bola sekarang ada di tangan Israel dan mereka harus memanfaatkan momentum perdamaian di kawasan ini," kata Al-Ansari.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Arab News


TERBARU