> >

Rakyat Prancis Makin Benci Macron, Restoran Favoritnya Sampai Diserang dan Dibakar Demonstran

Kompas dunia | 7 April 2023, 05:35 WIB
Restoran favorit Presiden Prancis Emmanuel Macron, La Rotonde Bistro diserang dan dibakar demonstran, Kamis (6/4/2023), yang menentang reformasi pensiun (Sumber: BBC)

PARIS, KOMPAS.TV - Rakyat Prancis tampaknya kian membenci Presiden Prancis, Emmanuel Macron, atas reformasi pensiunnya yang kontroversial.

Para demonstran sampai menyerang dan membakar restoran favorit sang Presiden di Paris.

Polisi anti huru-hara dilaporkan sampai membuat barikade di sekitar La Rotonde Bistro, yang sempat disulut api pada Kamis (6/4/2023).

Baca Juga: 50 Orang Tewas Diberondong Kelompok Bersenjata di Desa Terpencil Nigeria

Hari itu menjadi hari ke-11 dari demonstrasi berujung kekerasan yang terjadi karena penambahan usia pensiun dari 62 tahun ke 64 tahun.

Prancis menunggu validasi dari keputusan tersebut di legislasi pada pekan mendatrang.

Demonstrasi yang diikuti dengan sejumlah aksi serangan, telah menimbulkan kekacuan di seluruh Prancis.

Pada Kamis, demonstrasi kembali terjadi di seluruh negara tersebut.

Pemimpin serikat pekerja mengharapkan jumlah pemilih yang besar untuk meredam momentum menjelang keputusan dewan.

“Kami belum menyerah, dan tak berniat untuk melakukannya,” ujar Pegawai Negeri, Davy Chretien, 50 tahun dikutip dari BBC.

 

Para pengunjuk rasa Paris melempari batu, botol, dan cat ke arah polisi di Rotonde, sebuah kafe terkenal yang sering dikunjungi tokoh ternama, termasuk seniman Pablo Picasso.

Macron dan timnya merayakan kemenangan di restoran tersebut setelah kemenangan di pemilu 2017.

Baca Juga: Ini Pernyataan dan Posisi China tentang Konflik Ukraina usai Xi Jinping Bertemu Emmanuel Macron

Sebelumnya, pekerja kereta api yang mogok menyerbu bekas kantor pusat Bank Credit Lyonnais, yang saat ini menampung perusahaan investasi BlackRock dan perusahaan lain.

Kementerian Dalam Negeri Prancis memperkirakan 57.000 orang ambil bagian dalam demonstrasi itu.

Namun, Serikat Prancis mengeklaim bahwa angkanya jauh lebih tinggi, dan mencapai sekitar 2 juta orang.

Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada

Sumber : BBC


TERBARU