Hati-Hati, Burung dengan Bulu Beracun Ditemukan di Negara Tetangga Indonesia Papua Nugini
Kompas dunia | 1 April 2023, 13:02 WIBPORT MORESBY, KOMPAS.TV - Burung dengan bulu beracun telah ditemukan di negara tetangga Indonesia, Papua Nugini.
Saat ini semakin banyak spesies burung dengan bulu beracun ditemukan di hutan Papua Nugini.
Penemuan tersebut diungkapkan oleh Knud Jonsson dari Museum Sejarah Alam Denmark.
“Kami telah mengidentifikasi dua spesies baru burung beracun dari perjalanan kami baru-baru ini,” ujarnya dikutip dari Science Daily, Jumat (31/3/2023).
Baca Juga: Pendeta di Afrika Selatan Dimakamkan Dua Tahun usai Kematian, Gegara Keluarga Menunggunya Hidup Lagi
“Burung-burung ini ini memiliki racun saraf yang dapat mereka toleransi, dan simpan di bulunya,” lanjut Jonsson.
Jonsson dan rekannya sesama peneliti, Kasun Bodawatta telah melakukan perjalanan penelitian, yang mempertaruhkan nyawa dan tubuhnya dan bertemu dengan suku dan mantan kanibal di tengah keanekaragaman hayati hutan hujan Papua Nugini.
Di sini mereka menangkap dua spesies burung baru, yang masing-masing telah mengembangkan kemampuan konsumsi makanan beracun.
Hal itu pun mengubah burung-burung tersebut menjadi racun itu sendiri.
Dua burung yang menurut para peniliti beracun adalah regent whistler (Pachycephala schlegelii), spesies yang termasuk dalam famili dengan penyebaran luas dan nyanyian yang mudah dikenali serta terkenal dari seluruh wilayah Indo Pasifik.
Sedangkan spesies burung lainnya yang beracun adalah burung lonceng rufous (Aleadryas rufinucha).
“Kami benar-benar terkejut menemukan burung-burung ini beracun, karena tidak ada spesies burung beracun baru yang ditemukan selama lebih dari dua dekade,” ujar Jonsson.
Baca Juga: Napi Rusia Dibebaskan dan Gabung Wagner untuk Perang di Ukraina, Pulang Langsung Dicurigai Membunuh
“Terutama, karena kedua spesies burung ini sangat umum di bagian dunia ini,” lanjutnya.
Racun yang ada di tubuh bulu burung ini disebut Batrchotocxin.
Ini adalah racun saraf yang sangat kuat, dan dalam konsenterasi yang lebih tinggi, seperti pada kulit katak racun emas, bisa menyebabkan kram otot dan henti jantung setelah kontak.
“Racun burung adalah jenis yang sama dengan yang ditemukan pada katak, yaitu racun saraf yang dengan memaksa saluran natrium di jarangan otot rangka tetap terbuka, dapat menyebabkan kejang hebat dan akhirnya kematian,” tutur Kasun Bodawatta.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : Science Daily