Hamas Ancam Israel, Akan Bertindak jika Al-Aqsa Diganggu saat Ramadan
Kompas dunia | 17 Maret 2023, 09:39 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Hamas mengancam Israel untuk tak mengganggu kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem saat Ramadan.
Mereka menegaskan setiap perubahan terhadap status quo di Masjid Al-Aqsa akan berujung pada tindakan yang dilakukan kelompok tersebut.
Ancaman tersebut diungkapkan Wakil Komandan Hamas, Marwan Issa, pada Rabu (15/3/2023).
Baca Juga: Media Asing Laporkan 2 Polisi Dibebaskan pada Tragedi Kanjuruhan, Soroti Kekecewaan Keluarga Korban
Dinukil dari Haaretz, Issa menegaskan perubahan status quo Masjid Al-Aqsa akan memicu respons dari Hamas.
Ia juga menegaskan Gaza tak akan diam saja, Hamas akan melindungi rakyat Palestina dengan sekuat tenaga, dan jika diperlukan untuk ikut campur mereka akan melakukannya.
Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Saleh al-Arouri, mengatakan bahwa usaha Israel untuk mengganggu status quo Masjidil Aqsa saat Ramadan akan direspons dengan kemarahan Rakyat Palestina.
“Hamas melihat dari dekat terkait pergerakan Israel, termasuk di Yerusalem, dan kami tak akan gagal untuk warga Palestina,” ujar Al-Arouri.
Pada saat yang sama, otoritas Israel dan Palestina akan kembali ke meja perundingan bersama Mesir, Yordania dan Amerika Serikat (AS) di kota peristirahatan Mesir Sharm el-Shiekh, Minggu (19/3/2023).
Baca Juga: Hubungan Indonesia-Israel: PM Israel Sempat Kunjungi Jakarta, Indonesia Kukuh Menolak Normalisasi
Menurut pejabat Israel, Palestina dan Mesir, pembicaraan tersebut akan terfokus pada deeskalasi jelang Ramadan.
Sementara itu, pejabat otoritas senior Palestina mengatakan jika Israel melanjutkan kebijakannya dengan menyerbu pusat Kota Palestina seperti Jenin dan Nablus, negosiasi akan terbukti sia-sia.
Pejabat Palestina menekankan bahwa penanganan Israel terhadap Al-Aqsa selama Ramadan, di mana Muslim Palestina akan mengadakan salat berjamaah sepanjang hari raya akan menjadi faktor penentu dalam beberapa pekan mendatang.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Haaretz