Al-Qur'an Dirobek dan Dibakar di Swedia dan Belanda, Timur Tengah Memanas dan Protes Meluas
Kompas dunia | 27 Januari 2023, 22:45 WIBBEIRUT, KOMPAS.TV - Perobekan dan pembakaran kitab suci Al-Qur'an oleh politisi Denmark di Swedia dan politisi Belanda di Den Haag menuai kemarahan dan unjuk rasa di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, menghasilkan unjuk rasa damai berukuran besar di Pakistan, Irak, dan Lebanon, Jumat (27/1/2023).
Protes di negara-negara termasuk Pakistan, Irak dan Lebanon berakhir dengan orang-orang bubar secara damai. Di ibu kota Pakistan, Islamabad, petugas polisi menghentikan sejumlah pengunjuk rasa yang mencoba berbaris menuju Kedutaan Besar Swedia, seperti laporan Associated Press, Jumat (27/1).
Di Beirut, sekitar 200 pengunjuk rasa yang marah membakar bendera Swedia dan Belanda di luar masjid berkubah biru Mohammed Al-Amin di Martyrs Square pusat Beirut.
Awal bulan ini, seorang aktivis sayap kanan dari Denmark, Rasmus Paludan mendapat izin dari polisi Swedia untuk melakukan protes di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm di mana dia membakar Al- Qur'an, kitab suci umat Islam.
Beberapa hari kemudian, Edwin Wagensveld, politisi Belanda dari gerakan sayap kanan Pegida merobek halaman-halaman Al-Qur'an di dekat Parlemen Belanda dan menginjak lalu membakar halaman-halaman tersebut.
Tindakan tersebut membuat marah dan memicu protes jutaan umat muslim di seluruh dunia.
Pejabat Swedia menekankan kebebasan berekspresi dijamin oleh Konstitusi Swedia dan memberi orang hak yang luas untuk mengekspresikan pandangan mereka di depan umum, meskipun hasutan untuk melakukan kekerasan atau ujaran kebencian tidak diperbolehkan.
Demonstran harus mengajukan permohonan kepada polisi untuk izin pertemuan publik. Polisi dapat menolak izin tersebut hanya atas dasar pengecualian, seperti risiko terhadap keselamatan publik.
Ulama Syiah Irak, Muqtada al-Sadr bertanya dalam komentar yang dirilis Jumat menyoal apakah kebebasan berbicara berarti menyinggung keyakinan orang lain. Dia bertanya mengapa “membakar bendera pelangi kaum gay tidak mewakili kebebasan berekspresi.”
Ulama itu menambahkan, membakar Al-Qur'an “akan membawa kemarahan Ilahi”. Ratusan pendukungnya berkumpul di luar sebuah masjid di Baghdad sambil melambai-lambaikan salinan Al-Qur'an.
Baca Juga: Pemimpin Partai Politik Denmark Bakar Al Qur'an di Swedia dengan Perlindungan Polisi, Turki Murka
Lembaga pendidikan tertua di dunia, Al Azhar Mesir, menyerukan kepada dunia Islam untuk memboikot produk Belanda dan Swedia usai kejadian pembakaran Al-Qur'an baru-baru ini.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (25/1), Al Azhar meminta masyarakat Arab dan muslim untuk memboikot semua produk dari kedua negara tersebut.
Al Azhar juga mendesak sikap yang kuat dan bersatu dalam mendukung Al-Qur'an yang mulia sebagai reaksi yang tepat terhadap pemerintah Swedia dan Belanda yang telah menyinggung perasaan 1,5 miliar umat muslim di dunia.
“Mereka telah berlebihan dalam melindungi kejahatan kejam dan biadab yang dilakukan di bawah panji tidak manusiawi dan tidak bermoral, atau apa yang mereka sebut ‘kebebasan berekspresi’," kata Al Azhar dikutip dari Antara.
Al Azhar lantas meminta semua orang Arab dan muslim "untuk mematuhi boikot, dan untuk mendidik anak-anak, remaja, dan perempuan tentang hal itu.”
“Orang-orang yang menyimpang ini tidak akan pernah menghargai nilai agama, yang tidak mereka ketahui sama sekali, kecuali mereka menghadapi kebutuhan material, moneter, dan ekonomi yang menantang. Itulah satu-satunya bahasa yang mereka ketahui,” tegas Al Azhar.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Associated Press