Tentara Wajib Militer Taiwan Ternyata Tak Siap Perang dengan China: Kami bakal Jadi Sasaran Meriam
Kompas dunia | 21 Januari 2023, 13:24 WIBTAIPEI, KOMPAS.TV - Hubungan Taiwan dan China semakin memanas setelah Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan senjata senilai USD180 juta dan secara terang-terangan memberikan dukungan militer kepada Taiwan.
Sebelumnya Beijing dibuat berang saat mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan ketika masih menjabat.
Meningkatnya ketegangan antara China dan Taiwan membuat Taipei memperpanjang masa wajib militer bagi kebanyakan pria muda di pulau tersebut.
Namun, sejumlah mantan tentara wajib militer Taiwan merasa tak yakin mereka siap untuk menghadapi China.
Baca Juga: Perempuan Kaya Skotlandia Didakwa Terlibat Kasus Perdagangan Manusia, Mengaku Tak Bersalah
Mereka menilai Taiwan harus melakukan lebih jauh lagi untuk membuat latihan militer menjadi efektif.
Seperti dilansir CNN, Jumat (20/1/2023), enam mantan tentara wajib militer Taiwan mengatakan latihan yang ada sekarang sudah ketinggalan jaman, membosankan, dan tak praktis.
Mereka menggambarkan proses yang dirancang beberapa dekade lalu yang menekankan pada pelatihan menggunakan bayonet. Tetapi kurang memberikan pelatihan dalam strategi perang kota atau senjata modern seperti drone.
Mereka mengatakan senjata yang digunakan dalam pelatihan terlalu sedikit dan sudah kuno.
Sedangkan yang lainnya mengaku "spesialis" unit meriam, granat, dan mortar tetapi tidak pernah menerima amunisi apa pun untuk berlatih.
Dennis, 25 tahun, seorang teknisi dari Taichung yang bertugas tahun lalu mengatakan, ia ditugaskan khusus di pasukan meriam.
Tapi ia tak pernah diajari bagaimana menembakkannya karena para pelatih takut pada rekrutan terluka.
“Kami diberikan tugas yang gampang, dan menghabiskan sebagian besar waktu mencuci dan membersihkan kereta meriam,” tuturnya.
“Jika perang terjadi hari ini dan saya ditugaskan sebagai artileri, saya pikir saya hanya akan menjadi sasaran meriam,” katanya.
Dennis sendiri saat ini masih bertugas sebagai pasukan cadangan.
Baca Juga: Anggota Parlemen Jerman Kunjungi Taiwan, China Kirim Pesawat Tempur dan Kapal Perang
Hal yang sama juga diucapkan Adam Yu, desainer berusia 27 tahun dari Kota Keelung yang mengikuti wajib militer pada 2018. Ia saat itu dikhususkan memegang peluncur granat dan mortar.
Ia mengatakan meski diajari bagaimana menyiapkan senjata, ia tak pernah diberikan amunisi atau berlatih menembakkannya.
“Saya tak yakin apakah saya bisa mengoperasikan senjata tersebut,” ujarnya.
“Saya masih tak tahu bagaimana senjata tersebut akan digunakan di medan perang.”
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : CNN