Keras! Eks Presiden Rusia Suruh PM Jepang Bunuh Diri karena Dianggap Jadi Pelayan AS
Krisis rusia ukraina | 15 Januari 2023, 08:12 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Eks Presiden Rusia, Dmitry Medvedev memberikan pernyataan keras kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Ia menyuruh pemimpin pemerintahan itu untuk bunuh diri karena menganggapnya sebagai pelayan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden.
Hal itu diungkapkan Medvedev setelah Kishida bertemu dengan Biden pada Jumat (13/1/2023), untuk memperkuat hubungan aliansi antara AS dan Jepang.
Pada pertemuan tersebut, Biden dan Kishida membuat pernyataan bersama yang menyentuh mengenai denuklirisasi semenanjung Korea.
Baca Juga: Gelombang Serangan Rudal Rusia Mengenai Gedung Apartemen di Dnipro, 12 Orang Tewas
Mereka juga berbicara mengenai potensi penggunaan senjata nuklir di Perang Ukraina.
“Kami menyatakan dengan tegas bahwa setiap penggunaan senjata nuklir ioleh Rusia di Ukraina akan menjadi tindakan permusuhan terhadap kemanusiaan dan tak dapat dibenarkan dengan cara apa pun,” kata Kishida dikutip dari Newsweek, Sabtu (14/1).
“Kami akan terus mendukung Ukraina dalam menghadapi serangan menjijikan Rusia terhadap infrastruktur penting,” tambahnya.
Pernyataan itu pun dibalas dengan keras oleh Medvedev yang saat ini menjadi Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.
Pada pernyataannya di Telegram, Medvedev mengencam penyataan Kishida dengan menulis bahwa PM Jepang itu telah mengkhianati memori ratusan ribu warga Jepang yang terbakar karena tembakan nuklir ke Hiroshima dan Nagasaki oleh AS pada Perang Dunia II.
“Ia seharusnya mengingatkan Presiden AS mengenai hal ini dan menuntut pertobatan, bahkan jika itu tidak dibawa oleh kepemimpinan Amerika untuk tindakan perang ini,” tulisnya.
“Tapi tidak, Kishida hanyalah staf layanan untuk orang Amerika, dan pelayan tidak bisa memiliki keberanian,” tambah Medvedev.
Baca Juga: Inggris Janjikan Ukraina Tank dan Sistem Artileri, Zelenskyy: Ini Sinyal Tepat bagi Mitra yang Lain
Medvedev pun menyuruh Kishida untuk melakukan Seppuku, ritual bunuh diri Jepang untuk membela kehormatan.
“Tetap merasa kasihan kepada orang Jepang. Bagaimanapun rasa malu itu habya bisa terhapus setelah melakukan seppuku tepat di rapat kabinet mereka, meski konsep kehormatan ini tidak melekat di generasi Jepang saat ini,” tuturnya.
Rusia memang belum pernah menggunakan senjata nuklir sejak melakukan invasi pada 24 Februari 2022.
Tetapi kekhawatiran terkait penggunaan senjata mematikan itu terus berkembang jika ia mengalami kekalahan.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : Newsweek