Kim Jong Un Perintahkan Peningkatan Produksi Senjata Nuklir Taktis dan Rudal Antarbenua
Kompas dunia | 1 Januari 2023, 20:01 WIBMereka menegaskan kembali bahwa pintu dialog dengan Korea Utara tetap terbuka, menurut Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Baca Juga: Militer Korea Selatan Minta Maaf karena Gagal Menjatuhkan Drone Korea Utara yang Menyusup
Sejak pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Donald Trump saat itu runtuh pada 2019 karena perselisihan atas sanksi yang dipimpin AS, Kim Jong Un menolak untuk kembali berbicara dengan Washington dan mengambil langkah-langkah untuk memperbesar persenjataannya.
Beberapa pengamat mengatakan Kim pada akhirnya ingin menjadikan Korea Utara sebagai kekuatan nuklir yang sah untuk mendapatkan pencabutan sanksi internasional dan mengakhiri latihan militer reguler AS-Korea Selatan yang dipandangnya sebagai ancaman keamanan utama.
“Selama pidato Tahun Baru 2018-nya (Kim) pertama kali memerintahkan produksi massal hulu ledak dan rudal balistik, dan dia menggandakan tujuan ekspansi kuantitatif itu di tahun mendatang,” kata Ankit Panda, seorang ahli dari Carnegie Endowment untuk Perdamaian Internasional.
Panda mengatakan rujukan pada ICBM jenis baru tampaknya menyangkut sistem propelan padat, yang dapat segera diuji.
Dia mengatakan peluncuran satelit dapat dilakukan pada April, bulan yang mencakup peringatan penting Korea Utara.
Kekhawatiran tentang program nuklir Korea Utara berkembang sejak Korea Utara tahun lalu menyetujui undang-undang baru yang mengesahkan penggunaan senjata nuklir terlebih dahulu dalam berbagai situasi dan secara terbuka mengancam akan menggunakan senjata nuklirnya terlebih dahulu.
Selama pertemuan partai minggu lalu, Kim mengulangi ancaman itu.
Minggu pagi, militer Korea Selatan mendeteksi rudal balistik jarak pendek yang diluncurkan dari wilayah ibu kota Korea Utara.
Baca Juga: Upaya Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang dalam Denuklirisasi Semenanjung Korea
Dikatakan rudal itu menempuh jarak sekitar 400 kilometer sebelum jatuh ke perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.
Komando Indo-Pasifik AS mengatakan, komitmen AS untuk membela Korea Selatan dan Jepang "tetap kuat".
Korea Utara melakukan uji tembak lebih dari 70 rudal tahun lalu, termasuk tiga rudal balistik jarak pendek yang terdeteksi oleh Korea Selatan pada Sabtu (31/12/2022).
Serangkaian pengujian menunjukkan Korea Utara makin bertekad karena program nuklirnya yang semakin maju.
Pengamat mengatakan Korea Utara juga dapat melanjutkan uji coba misil yang dilarang karena China dan Rusia menghalangi AS dan lainnya untuk memperketat sanksi PBB di Dewan Keamanan.
KCNA, Minggu, memastikan negara tersebut melakukan uji coba peluncuran beberapa peluncur roket super besar pada Sabtu dan Minggu.
Kim Jong Un mengatakan peluncur roket menempatkan seluruh Korea Selatan dalam jarak serang dan mampu membawa hulu ledak nuklir taktis, seperti disebutkan dalam laporan KCNA.
“Peluncuran misilnya baru-baru ini secara teknis tidak mengesankan. Sebaliknya, volume tes yang tinggi pada waktu yang tidak biasa dan dari berbagai lokasi menunjukkan Korea Utara mampu meluncurkan berbagai jenis serangan, kapan saja, dan dari berbagai arah,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, Korea Selatan.
Permusuhan antara dua Korea semakin runyam sejak awal pekan lalu ketika Korea Selatan menuduh Korea Utara menerbangkan pesawat tak berawak melintasi perbatasan mereka yang dijaga ketat untuk pertama kalinya dalam lima tahun dan menanggapinya dengan mengirimkan pesawat tak berawaknya sendiri ke arah Korea Utara.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Associated Press