Paris Dilanda Kerusuhan Buntut Penembakan di Pusat Kebudayaan Kurdi, Demonstran Bakar Mobil
Kompas dunia | 25 Desember 2022, 19:38 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Komunitas etnis Kurdi dan aktivis antirasisme menggelar demonstrasi di Paris, Prancis, Sabtu (24/12/2022), untuk memprotes penembakan tiga orang di sebuah pusat kebudayaan Kurdi, Jumat (23/12) lalu. Otoritas terkait menyebut pembunuhan ini bermotif rasisme.
Walaupun demonstrasi secara umum berlangsung damai, sempat terjadi bentrokan dan kerusuhan berupa aksi bakar mobil dan infrastruktur.
Demonstran berang karena otoritas dianggap tidak berbuat cukup untuk melindungi minoritas.
Menurut laporan Associated Press, demonstran membakar sejumlah mobil dan tempat sampah, juga melemparkan benda-benda ke polisi.
Sebagai balasan, polisi menembakkan gas air mata ke arah kerumunan.
Baca Juga: Penembakan di Paris, 3 Tewas, Pelaku yang Berusia 69 Tahun Ditangkap
Sejumlah demonstran meneriakkan slogan-slogan yang mengecam pemerintah Turki. Berivan Firat dari Dewan Demokratik Kurdi di Prancis menyebut kerusuhan bermula ketika sekelompok orang sengaja melintas dengan mengibarkan bendera Turki.
Sebagian besar demonstrasi merupakan etnis Kurdi yang berduka karena sesama Kurdi menjadi korban pembunuhan.
Di antara tiga orang yang dibunuh pada Jumat (23/12) lalu, dua di antaranya adalah seorang aktivis feminis kenamaan dan seorang penyanyi Kurdi yang tinggal di Prancis sebagai pengungsi.
"Sungguh, kami merasa hancur. Kami hancur karena kehilangan bagian sangat penting dari komunitas kami dan kami marah. Bagaimana ini bisa terjadi?" kata salah satu demonstran, Yekbun Ogur.
"Apakah normal ada seorang pria bersenjata menyusup ke area kebudayaan dan membunuh orang?" lanjutnya.
Penembakan tersebut mengejutkan komunitas Kurdi dan membuat polisi Prancis bersiaga selama libur Natal.
Pada Sabtu (24/12), kepala polisi Paris bertemu dengan perwakilan komunitas Kurdi untuk menenangkan ketakutan mereka.
Sebelum insiden penembakan ini, Kementerian Dalam Negeri Prancis melaporkan peningkatan 13 persen tindak kriminal terkait ras atau pelanggaran lain pada 2021 dibanding 2019.
Sebelumnya, angkanya naik 11 persen pada kurun 2018-2019.
Data itu menunjukkan kebanyakan tindak kriminal menyasar keturunan Afrika dan ratusan kasus lain yang bermotif agama.
Baca Juga: Diancam Serangan Turki, Militan Kurdi Peringatkan bakal Terpaksa Tak Jaga Kamp Tahanan ISIS
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press