China Kelabakan Infeksi Covid-19, Warga Positif tanpa Gejala Berat Diminta Tetap Masuk Kerja
Kompas dunia | 20 Desember 2022, 19:30 WIBBEIJING, KOMPAS.TV - Sejumlah pemerintahan daerah di China mendorong warganya yang positif terinfeksi Covid-19 tetapi "hanya" menunjukkan gejala sedang atau ringan untuk tetap masuk kerja. China belakangan ini kewalahan menghadapi gelombang Covid-19 yang dipicu pencabutan pembatasan ketat.
Setelah otoritas China mencabut sebagian besar kebijakan "nol-Covid", angka kasus meroket dan meluas. Jumlah kematian dilaporkan meningkat.
Melansir Associated Press, pada Selasa (20/12/2022), otoritas kesehatan China melaporkan ada lima kematian baru terkait Covid-19 dalam kurun 24 jam terkini. Tren yang ditunjukkan pasca-pencabutan pembatasan memicu kekhawatiran kondisi epidemi di China akan memburuk.
Baca Juga: China Bakal Hadapi Tiga Gelombang Covid-19 di Musim Dingin, yang Pertama Sudah Dimulai
Angka korban Covid-19 dari pemerintah sendiri diduga lebih kecil dari jumlah sebenarnya. Sejauh ini, belum diketahui bagaimana meluasnya infeksi Covid-19 akan berdampak ke China. Kapasitas sistem kesehatan China dalam menghadapi naiknya kasus pun belum bisa diketahui.
Salah satu pemerintah daerah yang meminta warga positif Covid-19 tetap bekerja adalah otoritas Guiyang di Provinsi Guizhou. Pemerintah Guiyang meminta warga positif yang menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala tetap bekerja di berbagi sektor, termasuk kantor pemerintahan, layanan kesehatan, dan layanan pengiriman.
Kebijakan ini berbanding terbalik dengan kebijakan ketat China sebelum diprotes. Sebelumnya, kebijakan "nol-Covid" membuat China menetapkan siapa pun yang positif Covid-19 harus diisolasi di rumah sakit atau faslitas milik pemerintah.
Sebelum Guiyang, pemerintah Wuhu dan Chongqing menetapkan kebijakan serupa. Kebijakan tersebut diduga ditempuh karena kekurangan pekerja yang berdampak ke sektor kesehatan dan pengiriman pangan.
Para pekerja China dilaporkan berjatuhan akibat infeksi Covid-19. Hal tersebut merefleksikan tantangan pemerintah China dalam upaya membangkitkan ekonomi yang sebelumnya tercekik oleh kebijakan "nol-Covid."
China sebelumnya membanggakan kebijakan "nol-Covid" yang membuat angka kasus dan kematian di negara itu relatif kecil. Namun, kebijakan ini membuat ekonomi negara tertekan dan memicu demonstrasi anti-pemerintah yang diyakini mengubah pikiran pemerintahan Xi Jinping.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Masih Jadi Syarat Perjalanan Menggunakan Kapal
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto
Sumber : Associated Press