Ukraina Desak NATO, Minta Lebih Banyak Senjata untuk Bekal Musim Dingin dan Hadapi Rusia
Krisis rusia ukraina | 30 November 2022, 19:00 WIBBUCHAREST, KOMPAS.TV – Ukraina mendesak anggota NATO mempercepat pengiriman senjata dan membantu memulihkan jaringan listriknya yang hancur, Selasa (29/11/2022). Pasalnya, sekutu Barat berjanji meningkatkan dukungan untuk membantu Kiev melalui musim dingin dalam menghadapi serangan Rusia, seperti laporan France24, Rabu (30/11/2022).
Gelombang serangan Moskow terhadap insfrastruktur energi Ukraina menyebabkan jutaan orang jatuh ke dalam kegelapan akibat ketiadaan listrik.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba meminta pasokan senjata, terutama sistem pertahanan udara canggih agar bisa datang “lebih cepat, lebih cepat, lebih cepat”. Desakan itu ia lontarkan dalam pertemuan para menlu NATO selama dua hari di ibu kota Rumania, Bukares.
“Ketika kami memiliki trafo dan generator, kami dapat memulihkan sistem kami, jaringan energi kami, dan menyediakan kondisi kehidupan yang layak bagi masyarakat,” kata Kuleba. “Ketika kami memiliki sistem pertahanan udara, kami akan dapat melindungi infrastruktur ini dari serangan rudal Rusia berikutnya.”
“Singkatnya, Patriot dan transformer adalah yang paling dibutuhkan Ukraina,” katanya, mengacu pada sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS).
Seruan itu muncul ketika Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin menargetkan infrastruktur dalam upaya menggunakan musim dingin sebagai 'senjata perang' melawan Ukraina.
Baca Juga: Pentagon: Rusia Tembakkan Rudal Nuklir Tanpa Hulu Ledak ke Ukraina
Stoltenberg mengatakan sekutu NATO menjanjikan lebih banyak dukungan untuk Ukraina memperbaiki infrastrukturnya dan akan terus mengirimkan senjata dan pertahanan udara untuk membantunya melindungi dirinya sendiri dengan lebih baik.
Dia mengatakan ada "diskusi yang sedang berlangsung" tentang penyediaan sistem Patriot yang sejauh ini ditolak oleh Washington dan lainnya untuk diberikan kepada Kiev.
“NATO bukan pihak dalam perang. Tapi kami akan terus mendukung Ukraina. Selama diperlukan, kami tidak akan mundur,” kata Stoltenberg.
Dia mengatakan Rusia melakukan lebih banyak serangan di jaringan Ukraina karena pasukan Rusia menderita kekalahan di lapangan dan memperingatkan Eropa harus "bersiap untuk mendapat lebih banyak pengungsi".
Sekutu sudah memberikan senjata senilai miliaran dolar ke Ukraina, tetapi Kiev meminta lebih banyak sistem pertahanan udara, tank, dan rudal jarak jauh untuk mendorong pasukan Rusia mundur.
Tetapi ada kekhawatiran yang berkembang bahwa gudang senjata di beberapa negara NATO hampir habis karena stok telah dialihkan ke Ukraina.
Baca Juga: NATO Kembali Janjikan Ukraina Jadi Anggota di Masa Depan, Kini Genjot Bantuan Hadapi Musim Dingin
Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis mengatakan permintaannya kepada sesama menteri NATO sederhana, "Tetap tenang dan berikan tank".
Jerman, yang saat ini memimpin G-7, mengadakan pertemuan di sela-sela pertemuan NATO untuk membahas krisis energi akibat perang di Ukraina.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan para peserta ingin “lebih memahami dan memprioritaskan kebutuhan yang paling mendesak” menjelang konferensi internasional di Paris pada 13 Desember.
Secara terpisah, Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan mengatakan Jerman akan mengirimkan 350 generator dan memberikan bantuan keuangan untuk memperbaiki infrastruktur energi senilai 56 juta euro.
Zelenskyy mengatakan mereka telah membahas kerja sama, baik bilateral maupun di lembaga internasional.
“Prioritasnya jelas, perlindungan terhadap teror rudal, pemulihan energi, ketahanan pangan,” kata Zelenskyy dalam pidato video hariannya Selasa malam, mencatat bahwa “situasi di garis depan sulit”.
“Meskipun Rusia mengalami kerugian yang sangat besar, penjajah masih berusaha untuk maju di wilayah Donetsk, mendapatkan pijakan di wilayah Luhansk, bergerak di wilayah Kharkiv, merencanakan sesuatu di selatan,” katanya. "Tetapi kami bertahan."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/France24/Straits Times