> >

Hindari Sensor Online, Warga China yang Frustrasi Kritik Pemerintah Pakai Bahasa Ini

Kompas dunia | 12 November 2022, 15:31 WIB
Ilustrasi warga China. Warga China memutuskan menggunakan bahasa Kanton untuk mengkritik Pemerintah China. (Sumber: Mark Schiefelbein/AP)

GUANGZHOU, KOMPAS.TV - Warga China harus menggunakan cara tertentu dalam mengkritik pemerintah negara mereka yang terkenal otoriter.

Mereka akhirnya menggunakan bahasa yang tak seperti biasanya untuk menghindari sensor dari internet.

Adalah warga Guangzhou yang menggunakan cara tersebut untuk menyuarakan ketidakpuasan dan rasa frustasi terhadap pemerintah China.

Rumah bagi 19 juta orang tersebut menjadi pusat dari wabah Covid-19 di negara itu saat ini, yang membuat langkah lockdown kembali diberlakukan di area itu.

Baca Juga: Fakta Tewasnya Polisi Korea Selatan yang Diperiksa atas Tragedi Halloween di Itaewon

Dikutip dari CNN, mereka menggunakan bahasa Kanton, yang memang berasal dari Guangzhou dan Provinsi Guangdong.

Bahasa tersebut digunakan oleh puluhan juta warga di selatan China.

Bahasa Kanton sendiri sulit dimengerti bagi pengguna bahasa Mandarin, bahasa resmi China dan yang selalu digunakan oleh pemerintah, khususnya dalam bentuk tulisan dan bahasa slang.

Ini tampaknya hanya contoh terbaru tentang bagaimana orang-orang China beralih ke bahasa Kanton, untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap pemerintahnya, dan tak menarik perhatian sensor.

Pada September lalu, organisasi pengawas media independen China Digital Times yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mencatat sejumlah unggahan bahasa Kanton yang tak lolos dari sensor sebagai tanggapan terhadap persyaratan pengujian Covid-19 massal di Guangdong.

“Mungkin karena sistem sensor konten Weibo kesulitan mengenali ejaan karakter Kanton, banyak postingan dengan bahasa pedas, berani dan lugas yang masih bertahan,” bunyi pernyataan organisasi itu dikutip dari CNN.

“Tetapi jika konten yang sama ditulis dalam bahasa Mandarin, kemungkinan besar akan diblokir atau dihapus,” lanjut organisasi yang berafiliasi dengan Universitas Berkeley itu.

Di Hong Kong yang berbahasa Kanton, demonstran anti-pemerintah pada 2018 sering menggunakan permainan kata Kanton baik untuk slogan protes maupun untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan pengawasan oleh otoritas China.

Baca Juga: Luar Biasa! Orang Tertua di Amerika Serikat Rayakan Ulang Tahunnya yang ke-115

Saat ini, bahasa Kanton tampaknya menawarkan cara bagi mereka yang muak dengan lockdown dan kebijakan nol-Covid yang terus-menerus dilakukan di China.

Menurut asisten profesor ilmu politik di Universitas TELUQ, Jean-Francois Dupre, mengungkapkan kemunduran toleransi Pemerintah China terhadap kritikan publik membuat para pengkritik melakukan inovasi.

“Sepertinya menggunakan bahasan non-Mandarin untuk komunikasi bisa memungkinkan pembangkang untuk menghindari sensor online, setidaknya untuk beberapa waktu,” kata Dupre.

“Fenomena ini membuktikan kurangnya kepercayaan rezim dan meningkatnya paranoia, serta keinginan warga yang terus berlanjut untuk melawan meski ada risiko dan rintangan,” tambahnya.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari

Sumber : CNN


TERBARU