Korea Utara dan Korea Selatan Makin Panas, Saling Tembak Rudal ke Perairan yang Disengketakan
Kompas dunia | 2 November 2022, 17:30 WIBSEOUL, KOMPAS.TV — Sirene serangan udara terdengar di sebuah pulau di Korea Selatan, Rabu (11/2/2022) dan warga di sana langsung mengungsi ke tempat berlindung di bawah tanah usai Korea Utara menembakkan sedikitnya 23 rudal, dengan satu di antaranya meluncur ke arah pulau tersebut dan mendarat di dekat perbatasan laut yang sedang tegang.
Seperti dilansir Associated Press, Rabu (2/11/2022) Korea Selatan dengan cepat merespons dengan meluncurkan misilnya sendiri di wilayah perbatasan yang sama, beberapa jam setelah Korea Utara mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk membuat AS dan Korea Selatan "membayar harga yang paling mengerikan dalam sejarah" sebagai protes atas latihan militer Korea Selatan-AS yang sedang berlangsung, yang dianggap Pyongyang sebagai latihan invasi.
Gedung Putih menyatakan Amerika Serikat tidak punya niat bermusuhan terhadap Korea Utara dan berjanji untuk bekerja dengan sekutu untuk mengekang ambisi nuklir Korea Utara.
Rentetan uji coba rudal Korea Utara terjadi ketika perhatian dunia terfokus pada Korea Selatan, menyusul tragedi Halloween akhir pekan yang merampas nyawa lebih dari 150 orang tewas, menjadi bencana paling signifikan di negara itu dalam beberapa tahun.
Militer Korea Selatan mengatakan Korea Utara meluncurkan setidaknya 23 rudal, semua senjata balistik jarak pendek atau yang dicurigai sebagai rudal permukaan-ke-udara, di lepas pantai timur dan barat pada Rabu pagi (2/11/2022)
Kemudian pada hari yang sama, Korea Utara menembakkan sekitar 100 peluru artileri ke zona penyangga maritim timur yang dibuat tahun 2018 untuk mengurangi ketegangan, menurut militer Korea Selatan.
Baca Juga: Pakar Minta AS Akui Korea Utara Negara Nuklir, Sebut Bisa Diperlakukan Seperti Israel
Peluncuran 23 rudal tersebut merupakan rekor jumlah uji coba senjata harian oleh Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu rudal balistik terbang menuju pulau Ulleung Korea Selatan sebelum mendarat 167 kilometer barat laut pulau itu.
Militer Korea Selatan kemudian mengeluarkan peringatan serangan udara di pulau itu, menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan. Media Korea Selatan menerbitkan foto yang menunjukkan penduduk pulau pindah ke tempat perlindungan atau bunker bawah tanah.
Beberapa jam kemudian militer Korea Selatan mencabut peringatan serangan udara di pulau itu.
Rudal itu mendarat 26 kilometer jauhnya dari perbatasan laut Korea Selatan di perairan internasional tetapi jauh di selatan perbatasan kedua negara, di lepas pantai timur Korea Selatan.
Militer Korea Selatan mengatakan itu adalah pertama kalinya sebuah rudal Korea Utara mendarat di dekat perbatasan laut sejak pembagian negara pada tahun 1948.
"Ini sangat belum pernah terjadi sebelumnya dan kami tidak akan pernah mentolerirnya," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Wah, Amerika Serikat Ungkap Kesediaan Berdialog dengan Korea Utara tanpa Prasyarat!
Pada tahun 2010, Korea Utara menembaki sebuah pulau garis depan Korea Selatan di lepas pantai barat semenanjung itu, menewaskan empat orang.
Tetapi senjata yang digunakan adalah roket artileri, bukan rudal balistik yang peluncuran atau pengujiannya dilarang oleh beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kemudian hari Rabu, jet tempur Korea Selatan meluncurkan tiga rudal udara-ke-permukaan, dipandu presisi di dekat perbatasan laut timur untuk menunjukkan tekadnya untuk melawan provokasi Korea Utara.
Militer Korea Selatan mengatakan rudal-rudal itu mendarat di perairan internasional pada jarak yang sama 26 kilometer di utara perbatasan laut dengan rudal Korea Utara yang jatuh pada Rabu pagi.
Tanggapan Korea Selatan itu dikatakan bertujuan mempertahankan tingkat kesiapan untuk meraih "kemenangan luar biasa" melawan Korea Utara bila terjadi bentrokan.
"Korea Utara menembakkan rudal dengan cara yang memicu sirene serangan udara tampaknya dimaksudkan untuk mengancam warga Korea Selatan untuk menekan pemerintah mereka agar mengubah kebijakan," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.
Baca Juga: Runyam, Jepang Pertimbangkan Beli Rudal Jelajah Tomahawk AS untuk Lawan Korea Utara
“Kemampuan dan uji coba militer Korea Utara berkembang makin mengkhawatirkan. Namun, menawarkan konsesi tentang kerja sama atau menawarkan pengakuan nuklir akan memperburuk keadaan.”
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengidentifikasi tiga senjata Korea Utara yang diluncurkan sebagai "rudal balistik jarak pendek" yang ditembakkan dari kota pesisir timur Wonsan, termasuk rudal yang mendarat di dekat perbatasan laut.
Rudal balistik jarak pendek Korea Utara dirancang untuk menyerang fasilitas utama di Korea Selatan, termasuk pangkalan militer AS di sana.
Dalam pertemuan darurat dengan pejabat tinggi keamanan, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol memerintahkan para pejabat untuk mengambil langkah cepat untuk membuat Korea Utara mendapat konsekuensi atas tindak provokasinya.
Presiden Yoon Suk-yeol mengatakan dia akan menganggap pendaratan rudal Korea Utara di dekat perbatasan sebagai "pelanggaran virtual terhadap perairan teritorial (kami)."
Selama pertemuan darurat Korea Selatan, "para peserta menyesali provokasi yang dilakukan selama masa berkabung nasional dan menunjukkan bahwa ini dengan jelas menunjukkan sifat pemerintah Korea Utara," menurut kantor kepresidenan Korea Selatan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Associated Press