> >

Putin Bikin Komite Khusus, untuk Genjot Produksi Senjata akibat Sederet Masalah di Perang Ukraina

Krisis rusia ukraina | 26 Oktober 2022, 09:42 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin hari Selasa, (25/10/2022) membentuk komite khusus untuk memotong birokrasi guna memproduksi senjata dan pasokan yang mencukupi untuk mendukung perang di Ukraina. (Sumber: AP Photo)

KIEV, KOMPAS.TV — Presiden Rusia Vladimir Putin hari Selasa, (25/10/2022) membentuk komite khusus untuk memotong birokrasi guna memproduksi senjata dan pasokan yang mencukupi untuk mendukung perang di Ukraina.

Perkembangan terbaru datang saat Rusia menghadapi kelambatan produksi militer dan kerugian yang meningkat di tengah serangan balik Ukraina yang dipersenjatai Barat, sehingga membuat mundur pasukan Rusia, seperti dilansir Associated Press, Rabu, (26/10/2022).

Kekurangan militer Rusia dalam perang delapan bulan ini sangat nyata sehingga Putin harus membuat struktur untuk mencoba mengatasinya.

Pada hari Selasa, Putin mengetuai komite baru yang dirancang untuk mempercepat produksi dan pengiriman senjata dan pasokan untuk pasukan Rusia, menekankan perlunya "mendapatkan tempo yang lebih tinggi di semua bidang."

Laporan berita Rusia mengakui banyak dari mereka yang dipanggil di bawah mobilisasi 300.000 cadangan yang diperintahkan Putin belum dilengkapi dengan peralatan dasar seperti peralatan medis dan jaket antipeluru, dan harus mencari sendiri.

Laporan lain menunjukkan pasukan Rusia semakin dipaksa menggunakan peralatan lama yang terkadang ngadat dan bahkan beberapa pasukan yang baru dimobilisasi dibawa ke medan perang dengan sedikit pelatihan.

Pekan lalu, Putin mencoba menunjukkan semuanya baik-baik saja dengan mengunjungi tempat pelatihan di Rusia di mana dia ditunjukkan tentara yang diperlengkapi dengan baik.

Untuk menggantikan senjata presisi jarak jauh buatan Rusia yang semakin langka, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan Rusia kemungkinan akan menggunakan sejumlah besar drone untuk mencoba menembus pertahanan udara Ukraina.

Baca Juga: Ukraina dan Rusia Saling Tuding Masing-Masing Tengah Siapkan Serangan Bom Berisi Limbah Radioaktif

Ilustrasi. Personel militer Ukraina menembakkan artileri howitzer M777 ke arah garnisun Rusia di Donetsk, 23 Oktober 2022. (Sumber: LIBKOS via AP)

"Amunisi artileri Rusia hampir habis," kata laporan Inggris hari Selasa, (25/10/2022).

Institute for the Study of War, di Washington, menambahkan "tempo lebih lambat serangan udara, rudal, dan pesawat tak berawak Rusia mungkin mencerminkan penurunan persediaan rudal dan pesawat tak berawak dan efektivitas serangan yang terbatas untuk mencapai tujuan militer strategis Rusia."

Militer Rusia masih berhasil menimbulkan kerusakan berat dan korban, menghancurkan rumah, bangunan umum dan jaringan listrik Ukraina.

Bank Dunia memperkirakan kerusakan di Ukraina sejauh ini mencapai 350 miliar euro atau setara 5.400 triliun rupiah.

Serangan Rusia baru-baru ini sebagian besar berfokus pada fasilitas energi Ukraina, terutama pembangkit listrik dan transmisi.

Kekurangan listrik begitu parah sehingga Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereshchuk hari Selasa meminta warga yang tinggal di luar negeri untuk tidak kembali musim dingin ini untuk menghindari tekanan lebih lanjut pada pasokan listrik.

"Kami perlu bertahan di musim dingin, tetapi sayangnya, jaringan (listrik) tidak akan bertahan," kata Vereshchuk di televisi Ukraina.

"Kami mengerti bahwa situasinya hanya akan bertambah buruk, dan musim dingin ini kami harus bertahan hidup."

Baca Juga: Rusia Mulai Siapkan Pasukan Tempur kondisi Radiasi Radioaktif di Ukraina

Militer Rusia hari Senin, (24/10/2022) mengatakan mereka menyiapkan pasukannya di Ukraina untuk beroperasi dalam kondisi radiasi nuklir (Sumber: The Independent)

Di Berlin, para pemimpin Uni Eropa mengumpulkan para ahli untuk mengerjakan "Rencana Marshall baru" untuk membangun kembali Ukraina — referensi ke rencana yang disponsori AS yang membantu menghidupkan kembali ekonomi Eropa Barat setelah Perang Dunia II.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pertemuan itu membahas "bagaimana memastikan dan bagaimana mempertahankan pembiayaan pemulihan, rekonstruksi dan modernisasi Ukraina selama bertahun-tahun dan dekade mendatang."

Scholz, yang menjadi tuan rumah bersama pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, mengatakan dia sedang mencari "tidak kurang dari menciptakan Rencana Marshall baru untuk abad ke-21 - tugas generasi yang harus dimulai sekarang."

Di bidang diplomatik, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan kepada wartawan di Kyiv setelah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Selasa bahwa negaranya akan terus berdiri di sisi Ukraina dalam perang ini dan mendukung rakyatnya selama diperlukan, dengan membantu untuk membangun kembali negara yang hancur dan mengirim lebih banyak senjata.

"Rekonstruksi tidak menunggu perang berakhir. Ini harus dimulai sekarang," kata presiden Jerman, seraya menambahkan "Jerman tidak hanya membantu rekonstruksi, tetapi kami juga membantu Ukraina mencegah kehancuran brutal, untuk memastikan populasi dilindungi dengan cara terbaik."

Dia berjanji Jerman akan segera membantu membangun kembali kota-kota yang hancur dan mengirim dua lagi Sistem Rudal Artileri Menengah MARS dan empat howitzer self-propelled tipe 2000.

Di medan pertempuran, rudal Rusia membakar sebuah pompa bensin hari Selasa malam di kota selatan-tengah Dnipro, menewaskan seorang perempuan hamil di mobilnya dan operator cuci mobil di fasilitas itu, sementara melukai setidaknya tiga, kantor berita Ukraina dilaporkan.

Di kota selatan Mykolaiv, penduduk mengantre untuk mendapatkan air dan persediaan penting pada hari Selasa ketika pasukan Ukraina maju ke kota Kherson yang diduduki Rusia.

Baca Juga: Ukraina Undang Tim Inspeksi IAEA Antisipasi Tuduhan Provokasi Radioaktif Rusia

Presiden Ukraina bersama pemimpin Uni Eropa. Presiden Rusia Vladimir Putin hari Selasa, (25/10/2022) membentuk komite khusus untuk memotong birokrasi guna memproduksi senjata dan pasokan yang mencukupi untuk mendukung perang di Ukraina. (Sumber: AP Photo)

Salah satu sekutu Moskow pada Selasa mendesak Rusia untuk meningkatkan kecepatan dan skala kehancuran Ukraina.

Ramzan Kadyrov, pemimpin regional Chechnya yang telah mengirim pasukan untuk berperang di Ukraina, mendesak Moskow untuk menghapus peta seluruh kota sebagai pembalasan atas penembakan Ukraina di wilayah Rusia.

Pihak berwenang di wilayah Kursk dan Belgorod Rusia yang berbatasan dengan Ukraina telah berulang kali melaporkan penembakan Ukraina yang merusak infrastruktur dan bangunan tempat tinggal.

"Respons kami terlalu lemah," kata Kadyrov di saluran aplikasi perpesanannya.

"Jika sebuah peluru terbang ke wilayah kita, seluruh kota harus dimusnahkan dari muka bumi sehingga mereka tidak pernah berpikir bahwa mereka dapat menembak ke arah kita."

Kiev ingin meningkatkan pertarungan, tetapi perlu lebih banyak peralatan perang.

"Kami membutuhkan lebih banyak persenjataan, kami membutuhkan lebih banyak amunisi untuk memenangkan perang ini," kata Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal kepada wartawan di Berlin.

Dia menambahkan, "Kami membutuhkan tank dari mitra kami, dari semua mitra kami; kami membutuhkan kendaraan lapis baja berat, kami membutuhkan unit artileri tambahan, howitzer."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU