Biden Kini Janjikan Konsekuensi Bagi Arab Saudi Karena Opec Plus Abaikan Permintaan AS
Kompas dunia | 12 Oktober 2022, 17:44 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Joe Biden hari Selasa, (11/10/2022) berjanji "akan ada konsekuensi" bagi hubungan Amerika Serikat dengan Arab Saudi setelah OPEC+ pekan lalu mengumumkan akan memangkas produksi minyak walau ada keberatan dari Amerika Serikat.
Pengumuman itu datang sehari setelah Senator Demokrat Bob Menendez, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mengatakan Amerika Serikat harus segera membekukan semua kerja sama dengan Arab Saudi, termasuk penjualan senjata.
Biden, dalam sebuah wawancara dengan CNN Jake Tapper, tidak bersedia membahas opsi apa yang sedang dia pertimbangkan.
Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan tinjauan kebijakan akan dilakukan tetapi tidak memberikan batas waktu untuk tindakan atau informasi tentang siapa yang akan memimpin evaluasi ulang hubungan AS dan Arab Saudi.
Amerika Serikat akan mengawasi situasi dengan cermat "selama beberapa minggu dan bulan mendatang," katanya.
OPEC+ minggu lalu mengumumkan rencana pengurangan produksi minyak setelah berminggu-minggu lobi pejabat AS untuk tidak melakukannya.
Amerika Serikat menuduh Arab Saudi bersujud ke Rusia, yang menolak pembatasan Barat pada harga minyak Rusia yang didorong oleh serangan Rusia ke Ukraina.
Para pejabat AS diam-diam berusaha membujuk mitra Arab terbesarnya untuk menolak gagasan pengurangan produksi, tetapi penguasa de-fakto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, tidak terpengaruh.
Baca Juga: Biden Evaluasi Ulang Hubungan dengan Arab Saudi, Ngambek OPEC Plus Tidak Turuti Permintaan AS
Bin Salman dan Biden 'bentrok' selama kunjungan Biden ke Jeddah pada Juli atas kematian jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi pada 2018, menurut sumber yang mengetahui situasi tersebut.
Intelijen AS mengatakan putra mahkota menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi, orang dalam Saudi yang berubah menjadi kritikus, yang dibunuh dan dipotong-potong oleh agen Saudi di dalam konsulat kerajaan di Istanbul.
Pangeran MBS, putra Raja Salman yang kini berusia 86 tahun, membantah memerintahkan pembunuhan itu tetapi mengakui itu terjadi "di bawah pengawasan saya." Biden mengatakan pada bulan Juli bahwa dia memberi tahu pangeran bahwa dia pikir MBS bertanggung jawab.
John Kirby, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, mengatakan Biden akan bekerja dengan Kongres "untuk memikirkan seperti apa hubungan itu nantinya".
"Dan saya pikir dia akan bersedia untuk memulai percakapan itu segera. Saya tidak berpikir ini adalah sesuatu yang harus menunggu atau harus menunggu, sejujurnya, lebih lama lagi," tambah Kirby.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price hari Selasa, (11/10/2022) juga mengatakan pemerintahan Biden tidak akan mengabaikan Iran, musuh AS dan saingan regional yang pahit dari Arab Saudi, dalam tinjauan tersebut.
Sebagian besar penjualan senjata AS ke Arab Saudi dilakukan dengan mempertimbangkan ancaman Iran di kawasan itu.
"Ada tantangan keamanan, beberapa di antaranya berasal dari Iran. Tentu saja, kami tidak akan mengabaikan ancaman yang ditimbulkan Iran tidak hanya di kawasan itu, tetapi dalam beberapa hal di luar," kata Price.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Straits Times