Ledakan di Jembatan Krimea Memutus Jalur Suplai Vital untuk Invasi Rusia, Pelaku Masih Jadi Misteri
Krisis rusia ukraina | 9 Oktober 2022, 22:16 WIBKIEV, KOMPAS.TV - Ledakan yang merusak Jembatan Kerch, infrastruktur penghubung Semenanjung Krimea dengan daratan Rusia, Sabtu (9/10/2022) kemarin, masih menyisakan sejumlah misteri.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut kendati dugaan tentang pelaku mengarah ke Ukraina.
Jembatan Kerch sendiri merupakan infrastruktur penting bagi kiriman suplai Rusia untuk menyokong upaya invasi ke Ukraina. Rusaknya jembatan ini sekaligus melukai simbol kekuasaan Rusia di kawasan tersebut.
Di lain pihak, Ukraina telah berulang kali mengancam akan menyerang jembatan tersebut. Sejumlah kalangan di Kiev pun merayakan rusaknya jembatan itu sekaligus meledek Rusia.
Namun, Kiev secara resmi belum mengaku bertanggung jawab.
"Hari ini bukanlah hari buruk dan sebagian besar wilayah kami cerah. Sayangnya, Krimea berawan. Namun, di sana juga hangat," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyindir Rusia terkait serangan ke Jembatan Kerch.
Otoritas Rusia menyebut ledakan yang merusak dua lajur jembatan disebabkan oleh sebuah bom truk.
Namun, belum ada detail yang tersedia bagaimana bahan peledak itu bisa lolos. Padahal, Jembatan Kerch memiliki sistem keamanan yang disebut canggih.
Baca Juga: Senang Jembatan Krimea Diledakkan, Bank Ukraina Keluarkan Kartu Debit Bergambar Jembatan yang Hancur
Usai insiden ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit tentang pengetatan pengamanan jembatan itu dan infrastruktur energi di sekitar Krimea.
Moskow pun menugaskan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) untuk menangani langsung keamanan Jembatan Kerch.
Selain itu, Rusia turut mengganti rantai komando operasi militer di Ukraina. Kepala Staf Angkatan Udara Rusia Jenderal Sergei Surovikin ditunjuk sebagai komandan seluruh pasukan Rusia di Ukraina.
Ia berpengalaman memimpin pasukan Rusia di Suriah dan disebut bertanggung jawab atas pengeboman Aleppo.
Associated Press melaporkan, selain mengganggu operasi militer di Ukraina, serangan ke Jembatan Kerch dinilai merusak lebih jauh semangat tempur pasukan Rusia sekaligus menggenjot semangat pasukan Ukraina.
"Rusia tentu bisa memperbaikinya (Jembatan Kerch), tetapi mereka tidak bisa mempertahankannya saat kalah perang," kata James Nixey, pengamat dari Catham House, lembaga wadah pemikir yang berbasis di London.
Baca Juga: Rusia Sebut AS Bantu Rekrut Kombatan Ukraina dan Beri Panduan Tempur
Pasukan Rusia sendiri mengalami kemunduran besar di medan tempur Ukraina sejak September lalu.
Usai kehilangan sebagian besar wilayah Kharkiv, pada Sabtu (9/10), ancaman Ukraina di front selatan, Kherson memaksa otoritas Rusia mengevakuasi warga sipil.
Kherson adalah satu di antara empat oblast (daerah setingkat provinsi) yang dianeksasi Rusia belakangan ini.
Penyelidikan masih Berlangsung
Komite Anti-Terorisme Nasional Rusia melaporkan bahwa bom truk yang menyerang Jembatan Kerch menyebabkan tujuh gerbong tangki bahan bakar terbakar.
Ledakan pun menimbulkan "keruntuhan sebagian" dari dua bagian jembatan itu.
Insiden itu menewaskan tiga orang, yakni sepasang kekasih dan seorang lain yang tidak diungkapkan identitasnya.
Pihak berwenang menyebut truk itu dimiliki oleh seorang pria warga Oblast Krasnodar, selatan Rusia. Rumah pria itu telah digeledah dan para ahli tengah mencari tahu rute truk.
Baca Juga: Ukraina Jemawa atas Ledakan di Jembatan Krimea: Ini Baru Awalnya
Per Minggu (9/10), lalu lintas kereta yang melintasi jembatan itu dilaporkan berangsur pulih. Sedangkan lalu-lintas kendaraan dilaporkan mulai dibuka kembali sejak Sabtu (8/10) siang waktu setempat.
Mengenai suplai untuk pasukan, Kementerian Pertahanan Rusia menyebut garnisun di front selatan mendapat suplai yang cukup melalui laut dan koridor darat yang dibangun saat awal-awal invasi.
Di lain sisi, serangan ke infrastruktur vital Rusia ini membuat berbagai kalangan di Rusia mendesak Putin untuk meningkatkan daya operasi di Ukraina.
"Operasi khusus (di Ukraina) harus diubah menjadi operasi kontra-terorisme," kata Gennady Zyuganov, seorang pengamat militer Rusia menanggapi serangan ke Jembatan Kerch.
Sementara itu, Leonid Slutsky, kepala komite urusan luar negeri di majelis rendah Rusia menegaskan bahwa "konsekuensinya akan tiba segera" jika Ukraina terbukti bertanggung jawab atas serangan ke Jembatan Kerch.
Baca Juga: Misterius, Sejumlah Tentara Wajib Militer Rusia Dilaporkan Tewas Sebelum Dikirim Perang ke Ukraina
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press