> >

Ukraina Jemawa atas Ledakan di Jembatan Krimea: Ini Baru Awalnya

Krisis rusia ukraina | 9 Oktober 2022, 11:16 WIB
Ledakan yang diduga bom truk hari Sabtu pagi, (8/10/2022) menyebabkan runtuhnya sebagian jembatan Kerch yang menghubungkan Semenanjung Krimea dengan Rusia, merusak jalur arteri pasokan utama bagi upaya perang Kremlin di Ukraina selatan. (Sumber: Straits Times)

KRIMEA, KOMPAS.TV - Ledakan yang terjadi di jembatan Krimea membuat pihak Ukraina jemawa, dan menegaskan ini baru menjadi awalnya.

Krimea merupakan wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia sejak 2014 lalu.

Sebuah ledakan yang diduga bom truk terjadi di jembatan Kerch, Sabtu (8/10/2022) pagi.

Jembatan tersebut menghubungkan Semenanjung Krimea dengan Rusia.

Baca Juga: Misterius, Sejumlah Tentara Wajib Militer Rusia Dilaporkan Tewas Sebelum Dikirim Perang ke Ukraina

Ledakan itu pun diyakini merusak jalur arteri pasokan utama bagi upaya perang Rusia ke Ukraina selatan.

Insiden ledakan tersebut pun menewaskan tiga orang.

 

Ukraina belum mengklaim diri sebagai pelaku serangan, tetapi mereka cukup jemawa terkait hal itu.

“Krimea, jembaran itu, semuanya adalah permulaan,” tulis penasihat Presiden Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak di media sosial dikutip dari BBC.

“Semua yang ilegal harus dihancurkan, semua yang dicuri harus dikembalikan ke Ukraina. Semua yang diduduki oleh Rusia harus diusir,” tambahnya.

Kementerian Pertahanan Ukraina menyamakan penghancuran jembatan tersebut dengan penenggelaman kapal perang Rusia, The Moskva pada April lalu.

Baca Juga: Jalur Logistik via Darat Perang Rusia di Ukraina Terputus akibat Ledakan Bom Truk di Jembatan Krimea

Dua simbol kekuatan Rusia yang terkenal di Krimea Ukraina telah jatuh. Apa yang akan terjadi selanjutnya?” cuit mereka di Twitter.

Namun, Rusia langsung menanggapi reaksi dari Ukraina, dan menuduh mereka memiliki sifat teroris.

“Reaksi rezim Kiev terhadap penghancuran infrastruktur sipil adalah bukti dari sifat terorisnya,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.

Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada

Sumber : BBC


TERBARU