Kisah Andres Escobar, Pesebak Bola Kolombia yang Ditembak Penjudi Gara-gara Gol Bunuh Diri
Kompas dunia | 4 Oktober 2022, 07:25 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat menjadi momen paling menyedihkan bagi warga Kolombia. Salah seorang pemain timnas mereka, Andres Escobar, tewas ditembak penjudi yang kesal karena kehilangan uang banyak.
Escobar memang melakukan tindakan yang tidak diharapkan oleh pemain manapun: gol bunuh diri.
Akibatnya, timnas negara Amerika Latin yang datang dengan dada membusung karena berhasil mengalahkan Argentina 5-0 di babak kualifikasi itu, harus tersingkir lebih cepat. Mereka jadi juru kunci grup A.
Andres Escobar sebenarnya bek berbakat yang dimiliki klub Atletico Nacional dan timnas Kolombia. Namun, bagi Maria, isterinya, dan seluruh keluarganya, Escobar jauh lebih penting.
"Dia adalah adik, kebanggaan, dan kegembiraan kami," ujar Maria.
Sementara bagi Escobar, kekalahan itu tidak mengharuskan hidupnya terhenti.
"Hidup tidak berhenti di sini," sebuah kalimat yang dikatakan Escobar kepada koran Kolombia, El Tiempo, soal tersingkirnya Kolombia dari Piala Dunia 1994.
Baca Juga: Anies Baswedan: Kalimat "Tak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa" Semoga Jadi Evaluasi
Escobar dan timnya pun pulang ke negara asal dengan muka tertunduk karena kekalahan.
Namun justru di negeri sendiri tragedi itu terjadi. Escobar yang sedang jalan-jalan dengan mobilnya, di luar sebuah klub malam di kota Medell, Kolombia, tewas ditembak.
Dengan enam tembakan mendadak, Escobar tak bisa lolos dari maut.
Menurut petugas kepolisian, pelaku menembak enam kali ke arah Escobar. Dan setiap kali menarik pelatuk dari pistolnya, sang pembunuh teriak, "gol!".
Sebenarnya, Escobar sudah diingatkan oleh rekan-rekannya agar jangan dulu ke luar rumah. Namun, Escobar bergeming.
"Saya harus menunjukkan wajah saya kepada orang-orang," kata Escobar kala itu.
Pelaku penembakan, Humberto Castro Mu Multinoz adalah pengawal para baron narkoba yang kehilangan uang karena bertaruh untuk Kolombia.
Kasus tewasnya Escobar memang jelas berkaitan dengan perjudian. Kekalahan Kolombia kala itu membuat para bandar judi kalah besar. Mereka benar-benar kecewa sehingga menyasar sang pemain muda itu.
Kala itu, Kolombia dikuasi oleh para gang narkoba dan perjudian. Bahkan perang saudara terjadi di antara para gangster itu. Perdagangan kokain merajalela di mana-mana.
Untuk memberikan penghormatan, sekitar 120.000 orang menghadiri pemakaman Escobar. Peringatan kematian Escobar masih berlangsung setiap tahun di Kolombia.
Meski demikian, ancaman pembunuhan terhadap pemain sepak bola masih sering terjadi di sana. Lagi-lagi karena ulah para bandar judi dan narkoba.
Misalnya, seperti yang dialami Carlos Sanchez pada 2018 silam. Ancaman tersebut dia terima setelah mendapatkan kartu merah di menit ketiga saat Kolombia menghadapi Jepang di Piala Dunia 2018.
Baca Juga: Pengamat: Pengamanan Sepak Bola Berbeda dengan Pengamanan Demo, Tak Boleh Ada Gas Air Mata
Sepak bola memang selalu menyimpan euforia dan kegembiraan, tapi juga sekaligus kesedihan dan kematian. Seperti puisi Joko Pinurbo:
Permainan sudah selesai. Perburuan tak akan usai.
Kostum, bendera, spanduk bertebaran di pinggir arena.
Ribuan penonton telah pulang meninggalkan stadion,
tempat yang kalah dan yang menang bertukar celana.
Maafkan kami yang tak juga paham rahasia bola.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV