Jepang Murka Tuntut Rusia Minta Maaf karena Tahan dan Tuduh Diplomatnya Lakukan Spionase
Kompas dunia | 27 September 2022, 12:17 WIBTOKYO, KOMPAS.TV - Jepang hari Selasa, (27/9/2022) menuntut permintaan maaf dari Rusia atas penahanan yang tidak adil terhadap salah satu diplomatnya di Vladivostok. Menurut Tokyo, diplomat tersebut, Tatsunori Motoki, ditutup matanya dan ditahan secara fisik setelah Kremlin menuduhnya sebagai mata-mata.
Seperti laporan Associated Press, Selasa, (27/9/2022), juru bicara pemerintah Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan pada jumpa pers reguler di Tokyo pada hari Selasa, diplomat itu tidak melakukan kegiatan ilegal.
Selain itu Matsuno menuduh Rusia telah melanggar konvensi internasional karena melakukan penahanan diplomat Jepang.
“Perlakuan dan tuduhan itu sama sekali tidak dapat diterima,” kata Matsuno, seraya menambahkan diplomat, yang ditahan pada hari Senin, tidak mengalami masalah kesehatan utama setelah ditahan.
Rusia mengusir seorang konsul Jepang di Vladivostok, menuduh diplomat itu membayar informasi sensitif.
Baca Juga: Penembakan di Sekolah di Rusia, 17 Orang Tewas dan 24 Lainnya Terluka
Tatsunori Motoki diberi waktu 48 jam untuk meninggalkan negara itu, kata Kementerian Luar Negeri Rusia, menurut Tass.
Dinas Keamanan Federal Rusia mengatakan utusan di kota Timur Jauh itu ditangkap karena mengumpulkan "informasi terbatas" tentang hubungan Moskow dengan negara yang tidak disebutkan di kawasan itu, serta tentang dampak sanksi terhadap ekonomi lokal.
Insiden itu semakin merenggangkan hubungan yang sudah dingin antara Rusia dan Jepang, setelah Tokyo bergabung dengan kekuatan global dalam rezim sanksi untuk menghukum Presiden Vladimir Putin atas serangannya ke Ukraina.
Jepang dan Rusia berselisih atas empat pulau kecil yang terletak di antara mereka yang direbut oleh Uni Soviet pada hari-hari terakhir Perang Dunia II, mencegah keduanya mengakhiri permusuhan secara resmi.
Serangan Kremlin ke Ukraina mengubah ketegangan yang meningkat menjadi antagonisme, dengan Rusia mengatakan akan menghentikan pembicaraan tentang kesepakatan damai karena sanksi yang dijatuhkan Tokyo.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Bloomberg