Cara Rusia Mobilisasi Militer Bikin Marah, Warga Ditangkap Tengah Malam dan Dikirim Paksa
Krisis rusia ukraina | 24 September 2022, 11:13 WIB“Semua orang di sini saling mengenal. Ini tak mungkin ditanggung. Para perempuan menangis, mengejar bus dan para pria memohon pengampunan sebelum pergi karena tahu akan menghadapi kematian,” tambahnya.
Free Buryatia Foundation dan aktivis serupa yang bekerja di Yakutia, mengatakan mereka khawatir bahwa mobilisasi yang tak proporsional menargetkan etnis minoritas yang tinggal di daerah yang berjarak ribuan kilometer jauhnya dari Moskow.
“Jika menyangkut Buryatia, ini bukan mobilisasi parsial, ini adalah mobilisasi total,” kata Kepala Free Buryatia Foundation Alexandra Garmazhapova.
“Dan sangat mengejutkan untuk saya, bagaimana orang yang tahu bagaimana Vladimir Putin suka berbohong, percaya ini adalah mobilisasi parsial,” tambahnya.
Baca Juga: Eks PM Putin Blak-Blakan, Sebut Mobilisasi Militer Jadi Awal Kehancuran Sang Presiden Rusia
Garmazhapova mengungkapkan bagaimana sukarelawannya bangun sepanjang malam pada Rabu (21/9/2022) dan Kamis (22/9/2022), membantu beberapa pria berusia 62 tahun, yang dibangunkan guru sekolah yang dipaksa pergi dari pintu ke pintu di desa-desa Buryatia pada malam hari dan melakukan pemberitahuan.
Para pekerja hak asasi manusia mengatakan mereka meyakini perekrut militer Rusia memfokuskan upaya mereka di daerah pedesaan dan terpencil daripada di kota-kota besar seperti Moskow atau St. Petersburg.
Hal itu dikarenakan kurangnya jangkauan media dan tidak adanya aksi protes yang membuat mereka lebih mudah menegakkan perintah perekrutan dan untuk menenangkan para pemimpin regional yang ingin menjilat Putin.
Populasi etnis Asia di Siberia dan Timur Jauh Rusia, cenderung tak memiliki hubungan pribadi dan keluarga dengan Ukraina.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Washington Post