Gara-Gara Perang Rusia-Ukraina, Jerman Krisis Tisu Toilet untuk Cebok
Kompas dunia | 24 September 2022, 05:41 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Produsen tisu toilet di Jerman di ambang kebangkrutan karena terdampak krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina.
Seperti diwartakan Finacial Times pada Jumat (23/9/2022), Rusia telah menutup Nord Stream 1, sebuah pipa yang membentang di bawah Laut Baltik menuju Jerman. Pipa itu merupakan salah satu sumber gas utama di Benua Eropa.
"Industri hidup dari energi, dan jika energi terhenti, perusahaan tak akan mampu membelinya lagi," kata Henrik Follmann, kepala eksekutif Follmann Chemie, perusahaan bahan kimia yang memasok produsen kertas bahan tisu.
Carsten Rolle, kepala kebijakan energi dan iklim di asosiasi bisnis BDI, menyatakan krisis masih akan terus berlanjut.
"Dari apa yang kita dengar, krisis ini kemungkinan akan lebih parah bagi industri manufaktur, ketimbang dampak Covid-19," ujar Rolle.
Baca Juga: Analis: Harga Minyak Tinggi, Embargo Energi Rusia dari Uni Eropa Bisa Jadi Bumerang
Akibat krisis itu, Perusahaan tisu toilet Essity, pemilik sejumlah merek seperti Zewa, Libresse, dan Lotus, menaikkan harga tisu toilet sebesar 18 persen.
Untuk membikin satu roll induk tisu toilet dengan lebar dua meter, Essity menghabiskan 700 kilowatt listrik, daya yang bisa menghangatkan rumah satu keluarga dalam beberapa minggu, selama musim dingin.
Sementara itu, pabrikan tisu toilet lainnya seperti Hakle, yang beroperasi sejak 1982, menyatakan bangkrut.
Mereka mengeklaim lonjakan harga energi, tingginya biaya pulp dan biaya transportasi, membuat bisnis kacau secara finansial.
Baca Juga: Uni Eropa Ingin Batasi Harga Gas Rusia, Minta Dana Solidaritas Perusahaan Energi
Menurut lembaga ekonomi IWH, sekitar 718 perusahaan di Jerman telah bangkrut pada Agustus 2022, melonjak 26 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Angka itu diperkirakan tetap berada di sekitar 25 persen pada September, lalu naik menjadi 33 persen pada Oktober 2022.
Industri tisu di Jerman kini meminta Kanselir Olaf Scholz untuk menentukan batas harga energi, yang dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan kebangkrutan.
"Saya tidak berpikir gelombang kebangkrutan dapat dihentikan, kecuali kita memiliki batas harga energi," ujar Volker Jung, Direktur Pelaksana Hakle.
Baca Juga: IMF Sebut Negara-negara Ini Akan Masuk Resesi yang Dalam, Penyebabnya Embargo Gas Rusia
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Gading-Persada
Sumber : FT