Menlu AS Desak Dewan Keamanan PBB Tekan Rusia untuk Menghentikan Ancaman Nuklir
Krisis rusia ukraina | 23 September 2022, 01:35 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken meminta setiap anggota Dewan Keamanan PBB untuk "mengirim pesan yang jelas" ke Rusia bahwa mereka harus menghentikan ancaman nuklirnya dalam perang di Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa hari lalu mengatakan, negaranya yang bersenjata nuklir pasti menggunakan semua cara yang tersedia jika wilayahnya terancam, serta untuk membela negara dan rakyatnya.
Blinken menggunakan sesi dewan hari Kamis (22/9/2022) untuk mengkritik serangan Rusia ke Ukraina dan menekan negara-negara lain untuk bergabung dalam kecaman keras mereka atas konflik tersebut.
"Setiap anggota dewan harus mengirim pesan yang jelas bahwa ancaman nuklir yang sembrono ini harus segera dihentikan," kata Blinken, seperti laporan Associated Press, Kamis (22/9/2022).
Sehari setelah Presiden Joe Biden menyerang pemimpin Rusia Vladimir Putin atas apa yang disebutnya pelanggaran berat terhadap Piagam PBB dan hukum internasional, AS mengajukan kasus di Dewan Keamanan PBB bahwa Rusia harus menghadapi kecaman dan isolasi lebih lanjut atas invasinya.
Blinken mendaftarkan beberapa tuduhan kejahatan perang dan kekejaman lainnya dan meminta negara-negara yang belum berbicara secara tegas menentang mereka sebagai penghinaan terhadap tatanan internasional.
Baca Juga: Putin Mobilisasi Militer, Indonesia Minta Senjata Nuklir Tak Digunakan dalam Perang Rusia-Ukraina
Saat pertemuan dimulai, sudah ada tanda-tanda suasana penuh ketegangan di sekitar meja berbentuk tapal kuda dewan yang terkenal itu.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dengan masam mengatakan kepada wartawan bahwa dia berencana untuk menjaga "jarak sosial yang aman" dari rekannya Menlu Rusia Sergey Lavrov.
Dan ketika staf dewan bersiap untuk memasang plakat yang menandai kursi Ukraina di sebelah kursi Rusia, Kuleba tampaknya mengajukan keberatan, plakat itu lalu dipindahkan ke tempat lain. Lavrov tidak ada di ruangan saat itu.
Namun, terlepas dari kata-kata Blinken yang keras, seorang pejabat AS mengatakan diplomat itu tidak berada di bawah ilusi bahwa DK PBB akan bertindak melawan Rusia, mengingat hak vetonya sebagai anggota tetap.
Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim sebelum pidato Blinken berdasarkan melihat pratinjau teks pidato Blinken.
Sebaliknya, pejabat itu mengatakan tujuannya adalah untuk meyakinkan anggota lain untuk memberi kesan kepada Moskow kerusakan global yang disebabkan perang dan menuntut agar perang diakhiri.
Baca Juga: Konflik Rusia dan Ukraina Memanas, Indonesia Masih Lakukan Penilaian terkait Eskalasi
Pengadilan Kriminal Internasional membuka penyelidikan pada bulan Maret atas kemungkinan kejahatan di tengah perang dan mengirim tim untuk mengumpulkan bukti.
Jaksa Karim Khan mengatakan kepada DK PBB hari Kamis bahwa dia mengirim lebih banyak staf ICC minggu depan untuk menyelidiki tuduhan yang muncul dari Ukraina timur.
Khan belum mengumumkan tuduhan apa pun yang terkait dengan konflik tersebut, tetapi dia menegaskan kembali kepada Dewan Keamanan bahwa dia yakin ada alasan yang masuk akal untuk berpikir bahwa kejahatan telah terjadi.
"Gambar yang saya lihat selama ini memang meresahkan," katanya. Sementara itu, Ukraina mendorong pembentukan pengadilan khusus untuk mengadili dugaan kejahatan perang.
Pada hari Rabu, Presiden Ukraina memaparkan kasus rinci di PBB tentang serangan Rusia dan menuntut hukuman dari para pemimpin dunia dalam pidato yang disampaikan, hanya beberapa jam setelah Moskow membuat pengumuman luar biasa bahwa mereka akan memobilisasi cadangan tentara untuk upaya perang.
Volodymyr Zelenskyy bersumpah dalam pidatonya kepada para pemimpin dunia, bahwa pasukannya tidak akan berhenti sampai mereka merebut kembali seluruh Ukraina.
"Kami dapat mengembalikan bendera Ukraina ke seluruh wilayah kami. Kami dapat melakukannya dengan kekuatan senjata," kata Zelenskyy. "Tapi kita butuh waktu."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press