> >

Dari Jejak Lendir, Bea Cukai Jerman Bongkar Penyelundupan Siput Raksasa, Harganya Mahal!

Kompas dunia | 17 September 2022, 05:52 WIB
Siput-siput raksasa Afrika terlihat di Havana, Kuba, pada 28 Agustus 2019. Siput-siput raksasa Afrika yang hidup di darat itu bersifat invasif. Mereka dapat memakan plester semen, mengonsumsi ratusan varietas tanaman dan membawa penyakit yang mempengaruhi manusia. (Sumber: AP Photo/Ismael Francisco, File)

 

BERLIN, KOMPAS.TV - Petugas bea cukai Jerman menggagalkan aksi penyelundupan siput raksasa di Bandara Duesseldorf. Hal itu disampaikan dalam siaran pers pada Jumat {16/9/2022) waktu setempat.

Aksi penyelundupan pertama kali diketahui dari jejak lendir siput raksasa Afrika yang kabur dari tas.

"Tidak pernah dalam sejarah kantor bea cukai Duesseldorf memiliki jejak lendir yang membawa kami ke barang-barang selundupan," terang juru bicara otoritas pajak, Michael Walk, kepada Associated Press.

Menurut pengakuan pihak berwenang, awalnya ada petugas yang tersandung salah satu siput di truk bagasi. Sempat dikira mainan, petugas akhirnya menyadari ada sesuatu yang salah, setelah hewan itu bergerak.

Petugas lantas mengikuti jejak lendir dari siput sepanjang 20 sentimeter itu. Mereka mendapati tas berlubang, berisi siput lain yang sedang berusaha keluar.

Secara keseluruhan, para petugas menemukan enam tas berisi 93 siput raksasa, dengan berat 28 kilogram (62 pon), beserta ikan dan daging asap, serta sebuah koper penuh daging busuk.

Semua barang selundupan itu diimpor dari Nigeria dan hendak dipasok menuju toko barang-barang Afrika di Jerman barat.

Usai mengetahui kasus peyelundupan tersebut, petugas menyerahkan siput-siput itu ke layanan penyelamatan hewan di Duesseldorf. Sementara itu, daging busuk dan bawaan lainnya dimusnahkan oleh petugas.

Baca Juga: AS Siap Terapkan Hukuman Mati yang Belum Teruji, Pakai Hipoksia Nitrogen

Siput raksasa kerap dijadikan sebagai hewan peliharaan. Di situs jual beli daring seperti Ebay, hewan ini dihargai hingga 14 poundsterling atau sekitar Rp240 ribu.

Akan tetapi, karena sifatnya yang merusak, beberapa negara, termasuk AS, melarang warganya mengoleksi siput raksasa. 

Dilaporkan oleh Thesprucepets, Departemen Pertanian AS menyebut siput raksasa sebagai ancaman bagi pertanian serta kesehatan manusia. Apabila siput raksasa lepas ke alam liar, hal itu berpotensi merusak tanaman.

Baca Juga: Xi Jinping Serukan Negara-Negara Jaga Diri dari Pemberontakan yang Dimotori Kekuatan Asing

 

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/AP/Thesprucepets


TERBARU