Ketika Raja-Raja Eropa Punya Hubungan Saudara, tetapi Permusuhan dan Pembunuhan Tetap Terjadi
Kompas dunia | 13 September 2022, 07:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Raja-raja di Eropa masih memiliki hubungan saudara sejak lama. Ketika Kakek buyut Ratu Elizabeth II, yaitu Raja Edward VII, dimakamkan pada 20 Mei 1910, dia diiringi oleh sembilan raja yang semuanya masih terpaut hubungan saudara dengan almarhum Raja Edward VII.
Mereka adalah Raja George V dari Inggris (putra), Kaisar Wilhelm II dari Jerman dan Prusia (kemenakan), Raja Frederick VIII dari Denmark (ipar), Raja Haakon VII dari Norwegia (menantu), Raja Albert I dari Belgia (sepupu), Raja Manoel II dari Portugal (suami sepupunya), Raja Ferdinand I dari Bulgaria (sepupu), Raja Alfonso XIII dari Spanyol (suami kemenakannya) dan Raja Gustav V dari Swedia (suami sepupunya). Yang tidak hadir kala itu adalah Tsar Nicholas II dari Rusia (kemenakan isteri Raja Edward).
Baca Juga: Raja Inggris Charles III Pidato di Depan Parlemen, Janji Teladani Mendiang Ratu Elizabeth II
Bukan hanya itu, hadir pula tujuh ratu, termasuk Ratu janda Emma dari Belanda dan Ratu janda Marie Feodorovna dari Rusia (ipar); ditambah lima putra mahkota yaitu dari Rumania, Montenegro, Serbia, Yunani dan Austria.
Dikutip dari majalah Intisari terbitan Juli 1987, para raja Eropa itu terikat kekerabatan karena Ratu Victoria (ibu Edward VII) memiliki sembilan anak dan puluhan cucu, yang menikah dengan para raja-raja yang ada di Eropa.
Tidak heran bila para raja dan kaisar itu saling menyapa dengan sebutan masa kecil atau panggilan akbrab. Misalnya, Kaisar Wilhelm II memanggil Tsar Nicholas II dari Rusia dengan "Nicky" sementara Nicholas memanggil Kaisar Wilhelm dengan "willy".
Sedangkan Raja Inggris George V dipanggil "Georgie".
Namun, meski mereka saling bersaudara bukan berarti dalam memerintah bisa saling akur layaknya satu keluarga. Sejarah malah mencatat di antara mereka justeru saling berseteru hingga terjadi pembunuhan.
Misalnya, Raja Wilhelm turut campur dalam pertikaian di Yunani yang menyebabkan terbunuhnya Raja George I dari Yunani (kakek Pangeran Philip). Tidak heran pada 1914-1918, Georgie dan Willy yang bersaudara itu berperang, yang menandai Perang Dunia I.
Sementara itu di Portugal Raja Manoel II digulingkan oleh rakyatnya dalam sebuah aksi revolusi. Raja Manoel pun melarikan diri ke Inggris.
Sementara Kaisar Karl I dari Austria dipaksa turun dan Franz Ferdinand (calon kaisar Meksiko) dibunuh di Sarajevo. Raja Wilhelm, setelah kalah perang hidup di pengasingan.
Namun yang paling menyedihkan adalah nasib Tsar Nicholas II, yang digulingkan oleh Revolusi Bolshevik di Rusia bersama isterinya Ratu Alexandra. Saat digulingkan dengan cara mengenaskan, Raja Inggris George V dan isteri Ratu Mary, ingin sekali membantu memberikan tempat pelarian ke Inggris.
"Tetapi politik negara tidak memungkinkan mereka mengulurkan tangan. Mereka sangat terpukul, ketika kerabat mereka itu akhirnya mengalami nasib yang mengenaskan," demikian sejarah mencatat.
Sementara itu, kerabat mereka yang memerintah di wilayah-wilayah lain di Eropa nasibnya sama tak beruntung, ada yang dibunuh, diasingkan bahkan bunuh diri. Masa depan monarki di Eropa di pertengahan abad 20 itu benar-benar suram. Hanya kerajaan Inggris yang mampu melewati berbagai gejolak sosial politik negerinya dengan selamat. Terbukti hingga sekarang monarki Inggris tetap langgeng.
Baca Juga: Mengejutkan! Dinobatkan Jadi Raja Inggris, Raja Charles III Ternyata Miliki Darah Rusia
Melihat morat-maritnya kerajaan di dunia, Raja Farouk dari Mesir (digulingkan oleh Gamal Abdel Nasser pada 19520), pada tahun 1930-an pernah menyatakan secara olok-olok nasib para raja dengan menyamakan dengan permainan kartu remi. "Nanti di dunia hanya ada lima raja saja, yaitu Raja Hati, Raja Wajik, Raja Keriting, Raja Sekop dan Raja Inggris," katanya.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV