Kisah Raja Inggris Turun Takhta Gara-Gara Perempuan, "Hidup Bersamamu Lebih Indah daripada Mahkota"
Kompas dunia | 11 September 2022, 07:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Salah seorang raja dari Inggris pernah memiliki kisah cinta yang membuat gempar senegara. Dialah Duke of Windsor alias Raja Edward VIII, yang meninggal pada 1972 dalam usia 78 tahun.
Edward hanya memerintah selama 11 bulan saja, dari 20 Januari 1936 hingga 11 Desember 1936.
Pendeknya masa kekuasan raja bernama lengkap Edward Albert Christian George Andrew Patrick David ini, bukan karena usia atau diminta mundur, namun karena urusan asmara bersama perempuan bernama Walis Simpson. Walis adalah perempuan asal Baltimore, Amerika Serikat, namun hidup bersama suaminya di Inggris.
Dikutip dari Majalah Intisari terbitan Februari 1976, Edward naik tahta pada 1932 di masa Perdana Menteri Stanley Baldwin.
Baca Juga: Profil Raja Inggris Charles III, Galak Isu Lingkungan dan Warisan Budaya, Kerap Dituding Ikut Campur
Tidak banyak diketahui latar belakang Walis. Namun Edward mengakui bahwa dia merasa tertarik padanya secara perlahan-lahan. Dalam keadaan mabuk cinta, dia hanya mengatakan, "Perhatiannya yang tulus pada pekerjaan saya sebagai calon raja lah yang mula-mula menarik perhatian saya," kata Edward.
Edward yang jatuh cinta sebelum pengangkatannya sebagai raja, menimbulkan kehebohan bukan saja di keluarga kerajaan bahkan hingga kantor perdana menteri. Berkali-kali diadakan pendekatan baik oleh keluarga kerajaan maupun perdana menteri sendiri agar membatalkan rencana pernikahannya. Kemudian Baldwin mengusulkan untuk mengadakan pertemuan menteri-menteri utama untuk membicarakan masalah tersebut.
Perkara ini bagi Inggris bukan masalah sepele. Keluarga kerajaan dan undang-undang tidak mengenal perkawinan "morganatik", yaitu perkawinan keluarga kerajaan dengan rakyat jelata. Kabar ini juga sudah terendus media massa Inggris yang dikenal suka menguliti kisah keluarga kerajaan.
Sekretaris pribad Edward, Alec Hardinge, sampai menulis surat rahasia, yang salah satunya berbunyi, "Surat kabar Inggris sudah tidak dapat berdiam diri lebih lama lagi, perihal hubungan Paduka Yang Mulia dengan Mrs Simpson dan sekarang tinggal menunggu hari peledakannya."
Membaca surat tersebut, Edward marah. Dia yakin surat itu dipengaruhi oleh sang perdana menteri yang memang penentang keras adanya rencana Edward dan Walis Simpson. "Mereka sungguh-sungguh sudah menyinggung kehormatan saya," ujar Edward geram.
Kepada sahabat dekatnya, Walter Monckton, Edward mengaku memang ingin segera menikah dengan Walis. Namun dia berdiam diri untuk tidak membuat heboh situasi dan mengaburkan rencana. Tapi tekadnya sudah bulat.
Dalam secarik kertas, dia pernah mengirimkan surat buat calon isterinya, "Sayangku, bagiku hidup bersamamu lebih indah daripada memiliki mahkota, tongkat dan takhta kerajaan."
Baca Juga: Raja Inggris yang Baru Charles III Mengeluarkan Pernyataan Berkabung, Disusul Pernyataan PM Inggris
Sebagai sahabat, Moncton mengatakan kepada Edward bahwa situasinya memang rumit. Sebab, izin pernikahannya harus mendapat persetujuan dari kabinet dan Parlemen dan sebelas koloni Inggris.
Sebagai langkah terakhir, perdana menteri memberikan tiga pilihan kepada raja: membatalkan perkawinan, tetap kawin tanpa persetujuan para menteri atau mengundurkan diri sebagai raja. "Percayalah pada saya, Paduka Yang Mulia, bahwa saya sendiri dan juga kabinet sungguh-sungguh mengharapkan Paduka Yang Mulia tetap menjadi raja kami."
Tapi Edward bergeming bahkan membuat keputusan yang sangat mangegetkan. "Tuan Baldwin, di atas takhta atau tidak saya akan kawin; dan apabila hal ini dianggap menyusahkan, saya akan mengundurkan diri," tegas sang raja, yang memang dikenal hobi bermain perempuan itu.
Keputusan lengser itu benar-benar terjadi pada 11 Desember 1936. Setahun kemudian pada 3 Mei 1937, Walis mendapatkan surat cerai resmi. Kini dia benar-benar bisa merencanakan pernikahan tanpa hambatan.
Kabar itu dia sampaikan kepada Edward yang menyambutnya untuk segera berkemas meninggalkan Inggris menuju Prancis menggunakan Kereta Orient Express yang pertama di sore hari.
Edward tiba lebih dulu di Kota Cannes tanpa topi dan wajahnya terlihat lebih kurus. Untuk Walis dibawanya dua bingkisan, satu pakaian khas petani Austria berwarna cerah dan beberapa bunga Edelweiss yang dipeti sendiri di gunung.
Saat hari pernikahan akan dilangsungkan, tak ada keluarga yang datang. George, adik Edward, awalnya akan datang namun dilarang pemerintah Inggris. Para uskup gereja Anglikan melarang anak buahnya memberikan pemberkatan perkawinan, kecuali seorang pastur bernama Anderson Jardine yang tetap memberikan pemberkatan.
Tekad Anderson datang saat dia membaca sebuah artikel tentang perkawinan Duke of Windsor, namun tidak ada upacara keagamaan. Ketika tiba di rumah seorang ibu tua tempat dia biasa mempersiapkan khotbah, Anderson kemudian berlutut dan berdoa sepenuh hati.
"Saya bangun dan mempunyai keyakinan yang begitu kuat: Inilah orang yang sedang membutuhkan sesuatu, saya akan memberinya," kata Pastur Anderson.
Pada 3 Juni 1937 pernikahan sederhana digelar tanpa kemeriahan. Pernikahan seorang raja dari kerajaan besar yang rela turun takhta demi perempuan pujaan hatinya. "Baginya, sifat suci perkawinan itu adalah bagian dari apa yang diimaninya," kata Pastur Anderson.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV