Taiwan Mulai Timbun Senjata Amerika Serikat yang Dipandang Sukses di Perang Rusia dan Ukraina
Kompas dunia | 31 Agustus 2022, 15:27 WIBTAIPEI, KOMPAS.TV - Taiwan menimbun persenjataan buatan AS yang digunakan Ukraina dan dipandang berhasil menggagalkan militer Rusia, seperti laporan Straits Times, Rabu, (31/8/2022).
Tindakan Taiwan itu dipandang sebuah pertanda bahwa Taipei menerapkan pelajaran dari konflik tersebut untuk mencegah China menindaklanjuti ancaman mengambil alih Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri itu dengan paksa jika perlu.
Pesanan untuk rudal anti-tank Javelin memasuki tahap produksi dan pengiriman, kata Kepala Staf Angkatan Darat Taiwan Chang Yuan-shiun hari Rabu (31/8/2022) pada sebuah pengarahan di ibukota, Taipei.
“Program ini dilaksanakan sesuai rencana,” katanya.
Chang menambahkan "ada upaya manajemen dan perencanaan gabungan oleh Taiwan dan Amerika Serikat untuk memastikan bahwa sistem dikirimkan tepat waktu".
Militer Taiwan juga berencana meningkatkan pesanan persenjataan artileri jarak jauh Himars menjadi 29 dari 11 unit yang direncanakan sebelumnya, menurut Kantor Berita Pusat semi-resmi, yang mengutip laporan anggaran pertahanan.
Pesanan itu, yang juga mencakup sekitar 860 roket presisi untuk Himars, dijadwalkan untuk pengiriman tahun 2027.
Pejabat AS dan NATO memuji Javelin dan sistem anti-lapis baja lainnya sebagai kunci untuk mencegah kemenangan cepat Rusia di hari-hari awal perang.
Baca Juga: Taiwan Tegaskan Akan Lakukan Serangan Balik bila China Langgar Wilayah Kedaulatan
Pasukan Ukraina menggunakan artileri Himars untuk menyerang jalur pasokan Rusia dan gudang amunisi di belakang garis depan dengan efektivitas yang makin tajam.
Taiwan sudah memiliki sistem Javelin tetapi belum untuk sistem artileri Himars.
Namun, langkah itu pasti akan membuat marah China, yang menganggap Taiwan sebagai provinsi pemberontak yang menunggu reunifikasi dengan daratan, jika perlu dengan paksa.
Setelah laporan pemerintah Biden sedang bersiap untuk menjual berbagai rudal dan dukungan radar ke Taiwan senilai US$1,1 miliar, dan akan menjadi kesepakatan terbesar dalam hampir dua tahun. Sementara, Beijing menuntut AS untuk menghentikan penjualan senjata dan kontak militer dengan Taiwan.
Ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat setelah Ketua Kongres AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan bulan ini.
China menanggapi dengan mengadakan latihan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di sekitar pulau itu dan menembakkan rudal di atasnya.
Sementara militer China mengurangi aktivitas dan ancamannya setelah latihan itu, namun bahaya dan ancaman itu masih tetap nyata, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Sun Li-fang pada pengarahan yang sama dengan Chang.
Tindakan Tentara Pembebasan Rakyat merusak ikatan antara orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan, tambahnya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Straits Times