Rusia-AS Kembali Bertengkar di Dewan Keamanan PBB, Moskow Tuduh Washington Curi Uang Afghanistan
Kompas dunia | 31 Agustus 2022, 04:05 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Perwakilan Rusia dan Amerika Serikat (AS) kembali bertengkar dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai situasi Afghanistan, Selasa (30/8/2022).
Utusan Tetap Federasi Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya berbantah dengan Utusan Tetap AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengenai dana restorasi Afghanistan.
Sebelumnya, Thomas-Greenfield mengkritik Rusia dan China yang dianggap menyumbang terlalu sedikit untuk membangun kembali Afghanistan. Nebenzya membantah dengan menyebut Washington dan NATO yang harus tanggung jawab karena menyebabkan perang di Afghanistan.
“Sinisme dari klaim-klaim (AS) itu mengejutkan. Kami disuruh membayar untuk merestorasi sebuah negara, yang mana ekonominya secara efektif dihancurkan oleh pendudukan 20 tahun AS dan NATO,” kata Nebenzya dikutip TASS.
“Alih-alih mengakui kesalahan sendiri dan mencoba memperbaikinya, kami malah dituduh tidak mau membayar tagihan orang lain. Ini suatu proposal yang menarik. Anda lah yang mesti membayar untuk kesalahan Anda sendiri,” lanjut diplomat berusia 60 tahun tersebut.
Baca Juga: Kemlu Tegaskan Indonesia Tetap Tidak Mengakui Pemerintahan Taliban di Afghanistan
Lebih lanjut, Nebenzya menuduh AS mencuri dana negara Afghanistan. Washington diketahui menyimpan sekitar 7 miliar dolar AS aset Afghanistan yang dibekukan sejak Taliban merebut Kabul pada Agustus 2021 silam.
Pada Februari lalu, Presiden AS Joe Biden menerbitkan perintah eksekutif yang memberikan setengah dari dana negara Afghanistan itu kepada keluarga korban tragedi 9/11.
“Sebagai awalan, penting untuk mengembalikan uang yang dicuri dari rakyat Afghan kepada mereka. Kami telah dan akan selalu membantu Afghanistan. Dan kami menyarankan Anda untuk fokus membayar tanggungan kepada rakyat Afghan untuk 20 tahun pendudukan yang tak berarti,” kata Nebenzya.
“Tidak semuanya bisa diukur dengan uang. Kehidupan mereka yang mati selama pemaksaan demokrasi Anda di Afghanistan tidak bisa diukur dengan uang. Uang pun tak bisa membeli loyalitas rakyat Afghanistan, yang mana sudah hilang dari tangan AS sepenuhnya, sepertinya,” pungkas Nebenzya.
Afghanistan mengalami krisis kemanusiaan parah akibat berdekade-dekade perang, kekeringan, serta kolapsnya ekonomi.
PBB memperkirakan ada sekitar 24 juta warga Afghanistan butuh bantuan kemanusiaan vital. Sekitar 3,5 juta warga pun terlantar di dalam negeri per Desember 2021.
Baca Juga: 20 Orang Tewas Disapu Banjir Bandang di Afghanistan, 3.000 Rumah Hancur
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/TASS