Ketika Kualifikasi Piala Dunia Picu Perang di Amerika Tengah
Kompas dunia | 18 Agustus 2022, 08:36 WIBPertandingan ulang akhirnya digelar dengan kemenangan El Salvador 3-2.
El Salvador, negara yang bahkan luasnya lebih kecil dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki populasi tiga juta penduduk pada 1969. Sebagian besar negara itu dikendalikan oleh tuan tanah, menyisakan sedikit ruang bagi petani Salvador yang lebih miskin.
Sementara tetangganya, Honduras, memiliki luas lima kali lebih besar dari El Salvador dengan populasi lebih sedikit, sekitar 2,3 juta.
Padatnya penduduk di El Salvador membuat sebagian masyarakat negara itu bermigrasi ke Honduras, sepanjang abad ke-20, untuk memanfaatkan lahan yang tersedia.
BBC menyebut ada sekitar 300.000 orang El Salvador tinggal di Honduras pada tahun terjadinya perang.
Kedatangan orang-orang El Salvador ternyata menimbulkan kebencian di antara petani Honduras, yang juga berjuang mendapatkan tanah di negeri sendiri.
Berawal dari situasi konflik lahan, pemerintah Honduras mengesahkan undang-undang reformasi agraria untuk meredakan ketegangan. Para migran El Salvador sampai diusir oleh Presiden Honduras Oswaldo Lopez Arellano.
"Sebagian besar pemicu perang ini adalah pemanfaatan lahan, terlalu banyak orang di wilayah yang sempit dan oligarki penguasa hanya bisa memicu konflik," kata Dan Hagedorn, penulis buku The 100 Hour War yang merinci perang itu.
Di puncak kemarahan, kedua negara bertemu dalam pertandingan sepakbola Kualifikasi Piala Dunia 1970.
"Ada masalah politik yang jauh lebih besar," kata Ricardo Otero, jurnalis olahraga Meksiko yang menyiarkan pertandingan Honduras vs El Salvador.
"Kebetulan tiga pertandingan penentuan lolos ke Piala Dunia 1970. Itu tidak membantu apapun. Sepak bola di sini [di Amerika Latin] sangat, sangat bersemangat, bahkan untuk hal baik maupun buruk," ujarnya.
Perang Honduras-El Salvador memang hanya berlangsung empat hari, tetapi butuh 11 tahun bagi masing-masing untuk menandatangani kesepakatan damai.
Mahkamah Internasional menyelesaikan sengketa wilayah kedua negara pada 1992.
Baca Juga: Riset Terbaru Ungkap Skenario jika Perang Nuklir Meletus, Curah Hujan Turun 50 Persen dan Kelaparan
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/BBC