Alasan Jerman Jijik dengan Pernyataan Abbas yang Sebut Israel Pelaku 50 Holocaust di Palestina
Kompas dunia | 18 Agustus 2022, 10:37 WIBBERLIN, KOMPAS.TV - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengaku jijik oleh kata-kata yang menyakitkan hati Presiden Palestina Mahmoud Abbas tentang Holocaust. Sebelumnya, Abbas menyebut Israel telah melakukan 50 Holocaust terhadap bangsa Palestina selama bertahun-tahun.
Pernyataan itu disampaikan Scholz via Twitter, sehari setelah ia bertemu Abbas di Berlin, Selasa (16/8/2022) kemarin. Waktu itu, Abbas menolak mengutuk serangan milisi Palestina ke kontingen atlet Israel di Olimpiade Muenchen 1972.
“Saya jijik oleh kata-kata yang menyakitkan hati oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas,” cuit Olaf Scholz dikutip Associated Press, Rabu (17/8/2022).
“Bagi kami, khsususnya orang Jerman, setiap relativisasi tentang singularitas Holocaust tidak bisa ditoleransi dan tidak bisa diterima. Saya mengutuk setiap upaya untuk memengingkari kejahatan Holocaust,” lanjut kanselir berusia 64 tahun tersebut.
Baca Juga: Presiden Prancis Kecam Pendahulunya yang Antiyahudi dalam Peringatan 80 Tahun Holocaust
Isu Holocaust dan Perang Dunia Kedua sendiri amat sensitif bagi publik Jerman, apalagi jika menyangkut tindakan pemimpin. Agresi militer Nazi tidak hanya meninggalkan jejak pembantaian dan rasa bersalah, melainkan juga menyeret kekalahan besar yang sempat membelah Jerman jadi dua.
Pasca-Perang Dunia Kedua, dinas ketentaraan atau pembentukan angkatan bersenjata sangatlah kontroversial. Sekutu awalnya melarang Jerman memiliki angkatan bersenjata.
Kemudian, karena tekanan Perang Dingin pada 1950-an, Barat berubah pikiran dan membolehkan Jerman punya angkatan bersenjata. Namun, Angkatan Bersenjata Republik Federal Jerman (Bundeswehr) yang baru dimaksdukan sebagai "warga sipil berseragam", bukan seperti kekuatan militer yang pernah memporak-porandakan Eropa.
Duka sejarah Jerman, salah satunya disebabkan sorotan internasional atas Holocaust, membuat Berlin bahkan tak bisa mengungkapkan belasungkawa kepada korban perang di pihaknya secara terbuka. Serdadu Jerman yang mati selama Perang Dunia Kedua dilarang dianggap sebagai pahlawan. Pasalnya, tentara Jerman kadung diasosiasikan dengan invasi brutal dan kejahatan perang Nazi.
Baca Juga: Jerman Berikan 720 Juta Dollar AS kepada Penyintas Holocaust Seluruh Dunia
Werner Kraetschell, seorang pendeta yang bermukim di Berlin, menyebut isu terkait Perang Dunia Kedua masih sangat sensitif di Jerman.
"Luka dari Perang Dunia Kedua masih sangat jelas hingga hari ini. Karena kesalahan kami, pada setiap orang Jerman, terdapat suatu pengetahuan bawah sadar yang dalam tentang sisi buruk ini yang berpadu dengan seragam, senjata, tentara, brutalitas, dan perang," kata Kraetschell kepada BBC pada November 2020 silam.
Mahmoud Abbas sendiri mengomentari Holocaust ketika konferensi pers bersama Olaf Scholz. Sang kanselir pun dihujani kritik di Jerman ataupun Israel karena tidak segera membantah pernyataan Abbas.
Selain pernyataan kanselir yang berselang sehari, menanggapi komentar Abbas, Berlin dilaporkan memanggil misi diplomatik Palestina pada Rabu (17/8).
Pada Selasa (16/8) lalu, Abbas menyebut Israel telah melakukan “apartheid” dan “50 Holocaust” di Palestina.
“Sejak 1947 (awal Perang Palestina) hingga hari ini, Israel telah melakukan 50 pembantaian di 50 desa Palestina. Lima puluh pembunuhan massal. Lima puluh Holocaust,” kata Abbas.
Jerman sendiri sejak lama bersikeras bahwa istilah “Holocaust” hanya boleh digunakan untuk mendeskripsikan pembantaian Nazi terhadap sekitar enam juta Yahudi sebelum dan selama Perang Dunia Kedua.
Sementara itu, pada Rabu (17/8), kantor kepresidenan Abbas merilis pernyataan yang menindaklanjuti komentarnya di Berlin. Dalam suatu pernyataan tertulis, Abbas mengatakan bahwa ia “menegaskan kembali bahwa Holocasut adalah kejahatan paling bengis dalam sejarah modern umat manusia.”
Baca Juga: PBB Tegaskan Tetap Berpegang pada Prinsip Solusi Dua Negara untuk Palestina dan Israel
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press