Siapa Salman Rushdie, Penulis "Ayat-Ayat Setan" yang Dapat Fatwa Mati dari Ayatollah Khomeini?
Kompas dunia | 13 Agustus 2022, 11:09 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Setelah lama tak terdengar, nama novelis kontroversial, Salman Rushdie, kembali muncul.
Bukan membuat karya baru, Rushdie muncul sebagai korban kekerasan setelah dirinya ditusuk berkali-kali di New York, Amerika Serikat (AS) pada Jumat (12/8/2022).
Kabar terbaru, penulis kelahiran India tersebut harus memakai ventilator dan terancam kehilangan sebelah matanya.
Rushdie lahir di Bombay pada 19 Juni 1947, atau 75 tahun lalu, di tengah keluarga muslim India.
Baca Juga: Kondisi Terkini Salman Rushdie: Dirawat Pakai Ventilator, Terancam Kehilangan Sebelah Mata
Dikutip dari BBC, saat berusia 14 tahun, Rushdie dikirim ke Inggris dan kemudian mendapat gelar kehormatan sebagai Sarjana Sejarah di King's College, Cambridge.
Ia kemudian menjadi warga negara Inggris, dan membiarkan keyakinannya sebagai muslim luntur.
Rushdie kemudian bekerja sebentar sebagai aktor, dan lalu menjadi copywriter iklan sembari menulis novel.
Novel-novelnya biasanya menggabungkan antara realisme keajaiban dan fiksi sejarah, terutama berkaitan dengan hubungan, gangguan dan migrasi antara peradaban Timur dan Barat, yang terletak di India.
Novel pertamanya yang diterbitkan, "Grimus", tak meraih kesuksesan besar. Tetapi sejumlah kritik melihatnya sebagai penulis dengan potensi yang signifikan.
Lima tahun kemudian, novel keduanya, "Midnight Children", membuat nama Rushdie mulai terkenal.
Novel tersebut bahkan berhasil membuat Rushdie memenangi Booker Prize pada 1981. Puncaknya, novel itu menjadi novel terbaik dalam dua kesempatan.
Tetapi, nama Rushdie baru menjadi perhatian dunia setelah ia mengeluarkan buku berjudul "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan" pada 1988.
Novel Rushdie itu mendapat hujatan, khususnya dari dunia Islam karena dianggap telah menghina Nabi Muhammad.
Rushdie bahkan dipaksa harus bersembunyi setelah novel itu diterbitkan, karena mendapat ancaman akan dibunuh.
Pemerintah Inggris sampai menempatkan penulis tersebut di bawah perlindungan polisi.
Baca Juga: Penulis Kontroversial Salman Rushdie Diserang di New York Saat Jadi Pembicara, Luka Tusuk di Leher
Rushdie sendiri mendapat dukungan dari penulis dan intelektual Barat yang mencela ancaman terhadap kebebasan berekspresi yang ditimbulkan oleh reaksi umat muslim atas buku itu.
Puncaknya, pemimpin Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan fatwa yang menyerukan kematian Rushdie pada 1989.
Namun pemerintah Iran secara formal mencabut dukungan untuk fatwa hukuman mati untuk Rushdie itu pada 1998.
Meski begitu, sentimen anti-Rushdie masih tetap ada dan masih banyak organisasi Iran yang menawarkan hadiah uang dalam jumlah besar untuk pembunuhan Rushdie.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : BBC