Lavrov Sanjung Sikap Myanmar tentang Perang Ukraina, Rusia Rangkul Junta Militer?
Kompas dunia | 3 Agustus 2022, 17:58 WIBNAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyanjung sikap Myanmar atas perang di Ukraina yang meletus sejak 24 Februari silam. Hal tersebut disampaikan Lavrov ketika mengunjungi Myanmar, Rabu (3/8/2022).
Diplomat Moskow itu menyebut sikap junta militer Myanmar atas perang Rusia-Ukraina “seimbang dan bertanggung jawab.”
“Terkait situasi di Ukraina, Myanmar memegang sikap yang seimbang dan bertanggung jawab, dan mereka sangat mengerti alasan di balik perkembangan yang sekarang adalah hasrat Barat untuk mendikte siapa pun di sekitarnya,” kata Lavrov dalam konferensi pers di Naypyidaw sebagaiman dikutip TASS, Rabu (3/8).
Lavrov menyambangi Myanmar dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Wunna Maung Lwin. Ia juga dijadwalkan berjumpa dengan pemimpin junta militer, Min Aung Hlaing.
Dalam pertemuan tersebut, Lavov mengaku mengapresiasi posisi junta militer Myanmar di kancah global.
Baca Juga: Kekerasan di Myanmar Makin Parah, Malaysia Desak ASEAN Ambil Keputusan Besar pada KTT November
Junta militer Myanmar diketahui mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Militer di Myanmar berkuasa usai mengkudeta pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 silam.
Usai dikudeta, sekelompok anggota parlemen membentuk pemerintahan pengasingan di luar negeri, yakni Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG). Pemerintahan ini adalah pihak yang menyetujui resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina pada 2 Maret lalu.
Sementara itu, pemerintahan junta militer Myanmar meneruskan kerja sama dengan Rusia di tengah berkecamuknya perang Ukraina.
Menurut Lavrov, kendati terdampak pandemi Covid-19, kerja sama perdagangan Rusia-Myanmar terus bertumbuh.
Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama teknis dan militer antara Rusia dan Myanmar.
Lebih lanjut, Lavrov menyebut kerja sama Rusia dengan junta militer Myanmar didasarkan pondasi yang solid, bukan hanya terbina karena situasi politik di sekitar invasi Kremlin ke Ukraina.
“Kami punya pondasi yang sangat solid untuk meningkatkan kerja sama di banyak bidang. Kami mengapresiasi sifat dasar kemitraan kami yang bersahabat, tidak tergantung kepada proses oportunistik apa pun,” pungkas Lavrov.
Baca Juga: Rusia Sebut Campur Tangan AS di Ukraina Menuju Perang Terbuka, Senjata Nuklir Jadi Pilihan?
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto
Sumber : TASS