Seorang pejabat senior di kantor pemerintah kota yang bertanggung jawab atas tempat penampungan mengatakan peristiwa serangan Rusia ke Ukraina di Eropa membawa rasa urgensi baru.
Baca Juga: Kisruh Taiwan, China Ancam Jet Tempurnya Bakal Kelilingi 'Pulau Penting' demi Jaga Kedaulatan
"Lihatlah perang di Ukraina," kata Abercrombie Yang, direktur Kantor Administrasi Gedung, seperti dikutip Straits Times.
"Tidak ada jaminan masyarakat yang tidak bersalah tidak akan terkena," katanya, seraya menambahkan itulah sebabnya masyarakat harus diberi tahu.
"Semua warga negara harus memiliki kesadaran krisis ... Kami membutuhkan tempat perlindungan jika terjadi serangan oleh komunis China."
Bulan lalu, Taiwan mengadakan latihan serangan udara komprehensif di seluruh pulau untuk pertama kalinya sejak pandemi virus corona mengganggu latihan reguler.
Di antara instruksi yang didapat warga jika ada rudal yang masuk adalah turun di tempat parkir bawah tanah mereka dengan tangan menutupi mata dan telinga sambil menjaga mulut tetap terbuka - untuk meminimalkan dampak gelombang ledakan.
Beberapa pendukung pertahanan sipil mengatakan masih banyak yang harus dilakukan.
Baca Juga: Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan bakal Dianggap Invasi ke China, jika Hal Ini Terjadi
Pihak berwenang diharuskan oleh hukum untuk menjaga tempat penampungan tetap bersih dan terbuka tetapi mereka tidak harus diisi dengan persediaan seperti makanan dan air.
Para anggota Parlemen pada bulan Juni meminta disediakannya tempat penampungan dengan persediaan darurat.
Wu Enoch dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa mengatakan masyarakat harus menyiapkan perlengkapan bertahan hidup untuk dibawa ketika mereka mencari perlindungan.
"Yang penting adalah apa yang Anda bawa, agar orang-orang tinggal di sana untuk waktu yang lama," kata Wu, mengutip persediaan medis dan bahkan peralatan untuk membangun toilet darurat.
Setelah berpuluh-puluh tahun bergemuruh melintasi Selat Taiwan yang memisahkan pulau itu dari China, banyak orang Taiwan tampak pasrah hidup dengan ancaman invasi China.
Penulis : Edwin Shri Bimo
Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Straits Times