Mengejutkan, Presiden Sri Lanka Malah Tak Ingin Rajapaksa yang Kabur Pulang Sekarang
Kompas dunia | 1 Agustus 2022, 10:44 WIBKOLOMBO, KOMPAS.TV - Presiden Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengeluarkan pernyataan mengejutkan pada Minggu (31/7/2022).
Wickremesinghe mengungkapkan tak ingin mantan Presiden Gotabaya Rajapaksa yang kabur pulang ke Sri Lanka sekarang ini.
Rajapaksa sebelumnya dilaporkan kabur dari Sri Lanka setelah terjadinya demonstrasi besar-besaran karena krisis ekonomi dan BBM di negara tersebut.
Rajapaksa sempat dilaporkan bakal pulang ke Sri Lanka pada pekan ini.
Baca Juga: Presiden Sri Lanka Ungkap Kesepakatan dengan IMF Diundur Akibat Kerusuhan
Namun, Wickremesinghe mengungkapkan kepada Wall Street Journal, sekarang bukan waktu yang tepat untuk Rajapaksa kembali.
Menurutnya, hal tersebut akan bisa membakar tensi politik negara itu yang tengah panas.
“Saya tak percaya ini waktu yang tepat untuknya kembali,” kata Wickremesinghe kepada media itu seperti dikutip dari Hindustan Times.
“Saya juga tak memiliki indikasi bahwa ia akan segera kembali,” tuturnya.
Rajapaksa diketahui memutuskan kabar dari negaranya pada 13 Juli.
Ia dilaporkan saat ini berada di Singapura, setelah sebelumnya mundur dari jabatannya.
Wickremesinghe dilaporkan tetap berhubungan dengan Rajapaksa untuk kesepakatan terkait serah terima administratif dan urusan pemerintah lainnya.
Sri Lanka yang tengah dilanda krisis ekonomi hebat telah melakukan pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait paket bailout.
Baca Juga: Taliban Bentrok dengan Tentara Iran di Perbatasan, Satu Orang Kelompok Penguasa Afghanistan Tewas
Pada April, Sri Lanka telah menangguhkan pembayaran utang luar negeri sekitar 12 miliar dolar AS atau setara Rp178 triliun.
Selain itu, negara tersebut memiliki pembayaran hampir 21 juta dolar AS (Rp312 triliun) yang akan jatuh tempo pada akhir 2025.
Wickremesinghe dilaporkan berharap kesepakatan tingkat staf IMF akan tercapai pada akhir Agustus.
Selain itu Sri Lanka harus mengamankan lebih dari 3 miliar dolar AS (Rp44 triliun) dari sumber lainnya pada tahun depan untuk mendukung impor penting, termasuk BBM, makanan dan pupuk.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Hindustan Times