> >

Heboh Media Dunia atas Kremasi atau Ngaben Akbar 117 Jenazah di Padangbai Bali

Kompas dunia | 31 Juli 2022, 20:34 WIB
Api menelan patung raksasa hewan mitos yang berisi sisa-sisa 117 orang selama kremasi massal tradisional Bali, Ngaben, pada hari Jumat, 29 Juli 2022, di Padangbai, Bali, Indonesia. (Sumber: AP Photo/Firdia Lisnawati)

PADANGBAI, KOMPAS.TV - Ratusan orang mengenakan kemeja putih dan pakaian tradisional berkabung Bali berkumpul di sepanjang pantai pelabuhan Padangbai di Bali, Indonesia, untuk upacara kremasi atau ngaben akbar yang berlangsung di desa mereka untuk pertama kalinya.

Kumpulan keluarga Padangbai Bali di melepas 117 jenazah untuk menjalani kremasi yang berlangsung ramai dan meriah.

Mereka sebelumnya dimakamkan di pemakaman umum, tidak jauh dari tempat kremasi.

Ngaben biasanya dilakukan oleh keluarga individu, tetapi upacara ngaben secara bersama akan meringankan beban biaya, karena ngaben membutuh dana yang cukup mahal untuk ukuran warga Bali.

Beberapa keluarga menunggu lebih dari lima tahun untuk kremasi.

Ritual Hindu pada hari Jumat dimulai di pagi hari ketika warga mengarak bade, menara kayu setinggi 6 meter yang membawa jenazah dan peti mati berbentuk Gajah Mina, seekor ikan berkepala gajah, ke laut.

Baca Juga: Lembu Raksasa Dalam Ngaben Massal Di Karangasem

Pria Bali mengarak menara upacara yang berisi sisa-sisa 117 orang di pantai selama kremasi massal tradisional Ngaben hari Jumat, 29 Juli 2022, di Padangbai di pulau Bali, Indonesia. (Sumber: AP Photo/Firdia Lisnawati)

Para kerabat yang mengikuti prosesi juga membawa foto-foto anggota keluarga yang telah meninggal dan memasukkannya ke dalam bade.

Saat prosesi berjalan ke tempat yang luas di sekitar pemakaman, kerabat mengambil tulang dari bade dan memasukkannya ke dalam peti mati sebelum menjalani ritual pembakaran ngaben.

Umat Hindu Bali percaya ngaben melepaskan jiwa orang yang wafat sehingga mereka dapat memulai siklus kehidupan berikutnya.

“Kita lakukan kremasi massal, jadi kita bisa melakukannya bersama-sama,” kata Eka Primawata, Sekretaris Desa Budaya Karangasem.

"Dengan kremasi massal ini, desa budaya ini menjadi ... lebih harmonis."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU