Media Australia Sebut Working Paper Indonesia Terkait dengan Pakta Militer AUKUS (VI)
Kompas dunia | 31 Juli 2022, 03:05 WIBCANBERRA, KOMPAS.TV - Media Australia melaporkan working paper Indonesia yang dikirim ke PBB untuk Konferensi Peninjauan Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT Revcon) merupakan respon atas adanya aliensi militer AUKUS yang berisikan Australia, Inggris dan Amerika Serikat.
Pada Jumat (29/7/2022), kantor berita ABC yang berbasis di Australia menerbitkan laporan berjudul "Indonesia Mengkritik Celah Kapal Selam Nuklir dalam Perjanjian NPT yang merupakan bagian dari kesepakatan AUKUS".
Baca Juga: Riset SIPRI: Jumlah Senjata Nuklir Dunia akan Melonjak (I)
Dr Benjamin Zala, pengajar di Australia National University, pernyataannya dikutip dalam berita itu. Ia menyebut working paper Indonesia secara tak langsung merujuk pada Australia.
"Ini belum tentu menjadi perhatian Indonesia, tentang Australia, melainkan tentang cara-cara yang melemahkan upaya internasional untuk menutup jalur menuju proliferasi nuklir," terang Zala.
Working paper yang diajukan Indonesia ke PBB, menurutnya berfungsi untuk mengisi kesenjangan aturan dalam Perjanjian NPT terkait propulsi nuklir angkatan laut yang masih belum diatur.
"Namun, tidak ada keraguan bahwa working paper dari delegasi Indonesia merupakan konsekuensi langsung dari keputusan AUKUS," lanjutnya.
Baca Juga: Asia Tenggara "Dikepung" Negara-Negara Bersenjata Nuklir (II)
Oleh Zala, Australia disebut negara pertama di kawasan sekitar Indonesia yang memanfaatkan celah aturan kapal selam nuklir.
Terlepas dari itu, ABC dalam laporan yang sama juga menyebut akan ada potensi ketegangan antara Indonesia dan Australia, berkaitan dengan pengaruh China dan Amerika Serikat dalam konteks geopolitik.
Sebelumnya, China telah mengisyaratkan mereka akan menggunakan Konverensi Peninjauan Perjanjian NPT untuk menggalang oposisi terhadap pakta militer AUKUS.
Baca Juga: PBB Tinjau Ulang Traktat Nonproliferasi Nuklir, Indonesia Ikut Ambil Peran Vital (III)
Para pejabat Australia secara pribadi balik menuduh Beijing telah melakukan kemunafikan besar-besaran, menunjukkan bahwa mereka memiliki armada kapal selam bertenaga nuklir yang terus bertambah, sembari dengan cepat membangun gudang senjata nuklirnya sendiri.
"Delegasi Australia ke Konferensi Peninjauan Perjanjian NPT akan bekerja selama empat minggu dalam pertemuan itu untuk mengatasi tantangan proliferasi nuklir yang mendesak dan mengadvokasi langkah-langkah praktis menuju perlucutan senjata nuklir," terang Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.
Baca Juga: Ada Celah dalam Traktat Nonproliferasi Nuklir, Indonesia Kirim Working Paper ke PBB (IV)
Dr Zala mengatakan bahwa ia tak percaya rencana kapal selam nuklir akan menjadi "titik temu utama" dalam hubungan Indonesia-Australia. Namun, hal itu sedikit banyak akan tetap "memberikan tekanan tambahan padanya".
Selain itu, Zala merprediksi delegasi Australia akan "ditanyai beberapa pertanyaan yang cukup runcing" dalam konferensi yang berlangsung di Markas PBB, New York. Amerika Serikat.
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Vyara-Lestari
Sumber : ABC